REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksanaan Ujian Nasional jenjang SMA tahun 2018 yang selesai pada Kamis (12/4) kemarin, diwarnai sejumlah keluhan dari siswa di berbagai daerah. Mayoritas, mereka mengeluhkan sulitnya soal matematika, terutama Matematika IPS.
Salahsatu pengurus Serikat Guru Indonesia (SEGI) Jakarta Slamet Maryanto mengungkapkan, sejumlah keluhan tersebut terdiri dari jumlah dan cakupan materi tidak sesuai kisi-kisi. Lalu, soal tersebut juga dinilai tidak sesuai dengan cakupan materi di simulasi UN dan uji coba UN.
Selain itu, dia melanjutkan, soal juga tidak sesuai dengan kaidah penyusunan soal yang baik, serta soal Trigonometri banyak keluar 6 soal padahal di kisi-kisi hanya 2 soal. "Yang banyak dikeluhkan siswa juga mengenai soal isian singkat yang jumlah soalnya tidak sama, ada yang 4, ada yang 5, ada yang 3," kata Slamet kepada Republika, Jumat (13/4).
Dia menegaskan, keluhan tersebut tidak hanya diungkapkan para siswa yang berada di daerah tetapi juga di Jakarta. Keluhan dan laporan atas sulitnya soal Matematika ini juga disampaikan oleh siswa di laman komentar akun resmi Kemendikbud di media sosial Instagram dan telah tersebar di Twitter dan Facebook.
"Ada juga siswa di daerah Tangerang yang mengeluhkan karena soal berbeda dengan contoh soal yang belum pelajari misalnya Cotangen, matriks pecahan. Juga ada soal yang salah jawabannya," jelas dia.
Selain itu, kata Slamet, selain masalah soal Matematika, juga ada aduan kecacatan soal, seperti soal Biologi yg jawabannya tidak sesuai dengan soal, begitu juga untuk soal Kimia. Untuk UNBK Bahasa Arab, ada beberapa siswa yg soalnya hanya keluar 41 dari 50 soal. Karena itu, dia meminta agar keluhan-keluhan dari para siswa mengenai Ujian Nasional SMA tahun ini bisa dievaluasi oleh pemerintah.