REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta pemerintah konsisten membuat soal ujian nasional (UN) yang sesuai dengan kisi-kisi soal atau soal pada try out. Jika tidak, sudah dipastikan para siswa semakin terbebani karena harus mempersiapkan try out dan akhirnya UN.
"Kan biasanya siswa diperintahkan untuk belajar sungguh-sungguh di try out, lalu kementerian juga bilang soal UN tidak lepas dari kisi-kisi tapi kan sekarang kenyataan nya berbeda," kata Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriwan Salim kepada Republika, Jumat (13/4).
Selain itu, Satriwan juga menilai pemerintah terlalu memaksakan pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Karena hingga kini, masih banyak daerah yang termasuk pada daerah terluar, tertinggal dan terdepan (3T) yang infrastruktur, sarana, fasilitas pendidikannya belum selengkap di kota besar.
Seharusnya, lanjut dia, pemerintah terlebih dulu memenuhi kewajiban dengan membenahi sarana prasana dan infrastruktur pendidikan di daerah tersebut.
"Kalau fasilitas dan segala macama sarana di sekolah sudah dipenuhi, khususnya yang berbasis TIK, maka barulah dilaksanakan UNBK secara bertahap," jelas dia.
Masih banyaknya kendala teknis dalam pelaksanaan UN SMK dan SMA tahun 2018 ini diharapkan tidak lagi terulang tahun depan. Karena itu, tenggat waktu satu tahun ke depan pemerintah diminta fokus berorientasi melakukan pembenahan. Termasuk pelatihan bagi calon proktor-teknisi agar lebih terampil.
"Kendala-kendala teknis tersebut segera dibenahi, apalagi minggu depan para siswa SMP/MTs akan menghadapi UNBK. Jangan sampai masalah teknis ini terus saja berulang," tegas dia.