REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Media Relation PT Indonesia Morowali Industrial Park Dedi Kurniawan mengungkapkan sekitar 3.000 tenaga kerja asing bekerja di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.
"Selain bekerja di IMIP, mereka juga bekerja di 12 perusahaan yang berada dalam kawasan IMIP," kata Dedi di Palu, Jumat.
Dedi mengatakan para tenaga kerja asing itu bekerja dengan standar kualitas yang tinggi, dengan izin serta dokumen yang lengkap."Mereka juga bekerja bersama dengan sekitar 21.662 orang tenaga kerja lokal dalam negeri," ujarnya.
Dedi menjelaskan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) merupakan perusahaan pengelola kawasan industri pertambangan khususnya bahan mineral nikel dan sebagai perusahaan pengembang kawasan industri terintegrasi.
Perusahaan ini merupakan hasil kerja sama antara Tsinghan Group dari Cina dan Bintang Delapan Grup dari Indonesia.
Para pekerja asing itu, sebagian melalui pemeriksaan imigrasi Luwuk di Kabupaten Banggai, karena akses masuk ke Morowali lebih dekat dari Kota Palu.
Terkait dengan beredarnya berita masuknya tenaga kerja asing ilegal melalui Kendari ke Morowali, Dedi menyatakan itu sudah tidak ada lagi.
"Berita yang lagi viral sekarang itu, diproduksi pada 2015 lalu," ungkap Dedi.
Sejumlah perusahaan tempat tenaga kerja asing itu di antaranya PT Bintang Delapan Mineral (BDM) yang merupakan "founding father" Bintang Delapan Group menuju perusahaan raksasa dunia berbasis nikel dengan luas area IUP 21.659 hektare.
PT Sulawesi Mining Invesment memulai konstruksi 2013 akhir dengan luas area 66 hektare dan menghasilkan produk nikel pig iron (NPI) sebesar 300.000 MT per tahun dan beroperasi sejak Januari 2015. SMI juga ditunjang dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 65x2 MW.
Kemudian, PT Indonesia Guan Ching Nickel and Stainless Stell Industri (GCNS) dengan luas area 66,68 hektare merupakan salah satu perusahaan BUMN Cina yang mengawali pembangunan di area kawasan industri dengan target produksi 600 ribu MT dan PLTU 150x2 MW.
PT Decent Stainless Stell merupakan perusahaan yang berkosentrasi pada produk akhir stainless batangan dengan target produksi 1 juta ton per tahun.