REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merevisi prospek Bank Panin Dubai Syariah (PNBS) dari stabil menjadi negatif seiring penurunan kualitas aset.
Analis Pefindo Handayu Kusumowinahyu mengatakan, PNBS agresif melakukan pembiayaan di segmen korporasi dari sebelumnya banyak pembiayaan ke UKM sehingga segmen korporasi mulai mendominasi.
Perburukan kualitas pembiayaan segmen korporasi berdampak cukup signifikan bagi PNBS. Per Desember 2017 NPF mencapai 12,5 persen dari 4,5 persen pada 30 September 2017.
Situasi itu menyebabkan pelemahan provitabilitas karena besarnya provisi sebesar Rp 1 triliun pada akhir 2017. Itu menyebabkan BOPO naik menjadi 218,1 persen dan CAR turun.
"Itu akibat nasabah korporasi yang gagal melakukan restrukturisasi sehingga jatuh ke NPF. Kami akan terus memantau lihat CAR dan profitabilitas PNBS ke depan," kata Handhayu di Kantor Pefindo, Jakarta, Jumat (13/4).
PNBS, kata Handhayu, harus fokus pada debitur bermasalah untuk restrukturisasi dan koleksi. Ke depan Pefindo melihat PNBS akan kembali ke bisnis segmen komersial dan SME, sementara korporasi masih akan hati-hati.
Di sisi permodalan, induk PBNS, Bank Panin cukup mendukung modal dan memasukkan modal ke rekening tampungan (escrow account) dan menunjukkan kesiapan menjadi pembeli siaga saham baru (rights issue) yang akan dilepas PNBS untuk bisa menstabilkan PNBS.
Sementara itu, pemegang saham lainnya dari PNBS, DIB, masih dalam proses dan agak lama karena proses yang berbeda pula. DIB sendiri masih menunjukkan dukungan sehingga di sisi kapitalisasi PNBS tidak banyak masalah.
Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo menyatakan kesiapan Bank Panin menyerap saham hasil rights issue Panin Dubai Syariah. Saham PNBS dimiliki Bank Panin sebesar 44,69 persen, DIB 38,25 persen, dan masyarakat 17,1 persen.