REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan bahwa keputusan Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto untuk maju pada Pilpres 2019 belum final. Pasalnya, Prabowo masih akan berkoalisi dengan partai lainnya.
"Saya pada dasarnya belum melihat apa yang disampaikan final. Kan bagaimana pun juga Pak Prabowo tidak sendiri, karena harus melakukan koalisi. Kalau koalisi tiga partai kemarin mengerucutnya seperti apa pasangannya," ujar Siti saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (14/4).
Siti menuturkan, sementara ini masih banyak opsi untuk memutuskan pasangan calon yang akan diusung partai koalisi oposisi pemerintah. Karena itu, konstelasi politik masih dinamis.
"Jadi menurut saya ini masih belum final, masih cair, masih dinamis masih penuh opsi. Seni kemungkinan politik itu kan," ucapnya.
Baca juga: Pencalonan Prabowo Diibaratkan Kisah David Versus Goliath
Partai Gerindra menyatakan resmi mengusung Prabowo Subianto sebagai capres pada Rabu (11/4) kemarin. Namun, menurut Siti, Partai Gerindra sendiri juga mengumumkan pencapresan Prabowo tersebut masih dalam tahap soft declaration.
"Jadi kan sudah diumumkan sendiri oleh ketua DPP-nya bahwa ini soft declaration. Jadi menurut saya deklarasi yang belum final. Masih memperimbangkan teks dan konteksnya. Karena politik itu teks dan konteks," kata Siti.
Kalaupun deklarasi pencapresan tersebut sebagai strategi politik, tambah Siti, hal itu belum cukup konprehensif untuk menentukan capres yang akan diusung. Karena, menurut Siti, nantinya pasti akan melakukan kalkulasi politik terlebih dahulu.
"Jadi bagaimanapun juga yang diharapkan masyarakat yang tidak mengarah pada petahana (Jokowi) itu munculnya pemimpin baru. Itu kan harus menjadi tanggung jawab moral bagi Gerindra dan koalisi partai-partainya nanti. Kalau mau menang kan harus mempertimbangkan. Tidak hanya internal partai tapi kehendak masyarakat mau apa, kan itu," jelasnya.