REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito mengatakan pertarungan politik antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 akan berbeda dengan Pilpres 2014. Apalagi, Koalisi Merah Putih yang merupakan pendukung Prabowo-Hatta Rajasa sudah bubar.
"Kalaupun di Pilpres 2019 ini head to head lagi antara Prabowo dengan Jokowi, tentu akan beda. Formasinya beda. Apalagi KMP (Koalisi Merah Putih pendukung Prabowo-Hatta Rajasa di Pilpres 2014) sudah bubar. Banyak pendukung Prabowo kini ke Jokowi," kata Arie kepada Republika, Sabtu (14/4).
Tengah pekan ini, Partai Gerindra resmi mengusung Prabowo lagi untuk Pilpres mendatang. Sebelumnya, poros PDIP juga sudah menetapkan untuk kembali mengusung Jokowi. Dua calon ini adalah rival di Pilpres 2014 yang dimenangkan Jokowi.
Dibandingkan empat tahun lalu, Arie menyebut saat ini kekuatan lebih condong ke Jokowi. Selain PDIP, Jokowi sudah mendapatkan dukungan resmi dari Partai Nasdem, Partai Hanura, Partai Golkar, PKB, dan PPP.
Sementara Gerindra hanya memiliki satu partner politik, yaitu PKS. Arie mengatakan PAN yang disebut punya peluang merapat lagi ke Prabowo masih belum mengambil sikap karena berpeluang mendukung Jokowi.
Arie Sudjito. (Republika/Wihdan Hidayat)
Pada Pilpres 2014, Prabowo dan Gerindra didukung oleh partai-partai yang punya suara dominan seperti Golkar, PAN, PPP dan PKS dalam gerbong KMP. Jokowi Jusuf Kalla dari gerbong Koalisi Indonesia Hebat (KIH) didukung PDIP, Nasdem, Hanura, PKB dan PKPI.
Namun, pada pertarungan pertama empat tahun lalu, Jokowi unggul 6,3 persen. Jokowi-Jusuf Kalla meraih 53,15 persen suara sedangkan Prabowo-Hatta dengan 46,85 persen.
Hasil ini membuat kesolidan KMP tak bertahan lama karena anggotanya satu persatu pindah haluan mendukung pemerintahan Jokowi seperti Golkar, PAN, PBB dan PPP. "Sebagian pendukung Prabowo kini sudah pindah ke Jokowi. Jadi Pemilu 2019 akan ada pergeseran isu yang beda dengan 2014," ujar Arie.