REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran mengecam serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ke Suriah. Iran menilai AS dan sekutunya harus memikul tanggung jawab atas konsekuensi serangan di kawasan tersebut.
"Tidak diragukan lagi, AS dan sekutunya, yang mengambil tindakan militer terhadap Suriah meskipun tidak ada bukti yang terbukti (penggunaan senjata kimia) akan memikul tanggung jawab atas konsekuensi regional dan trans-regional dari petualangan ini," kata Kementerian Luar Negeri Iran dalam sebuah pernyataan, Sabtu (14/4).
AS, Inggris, dan Prancis mengklaim serangan terhadap Suriah dilakukan sebagai respons atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh rezim Bashar al-Assad di kota Douma pekan lalu. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 70 orang. Kendati demikian, menurut Iran, AS dan sekutunya tak bisa serta merta memutuskan menyerang Suriah karena adanya dugaan penggunaan senjata kimia.
"Iran menentang penggunaan senjata kimia berdasarkan standar agama, hukum, dan etika. Sementara pada saat yang sama sangat mengutuk (menggunakan hal ini) sebagai alasan untuk melakukan agresi terhadap negara yang berdaulat," ujar Kementerian Luar Negeri Iran.
Iran diketahui telah menjadi sekutu pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Iran membantu Assad dalam memerangi kelompok pemberontak yang menentang kekuasaannya sejak 2015. Selain Iran, Rusia turut membantu Assad melakukan hal ini.
AS, Inggris, dan Prancis melancarkan serangan udara ke Homs dan Damaskus pada Sabtu (14/4). Ketiga negara mengklaim serangan ini hanya menargetkan fasilitas-fasilitas militer yang menimbun bahan-bahan kimia.
Hingga saat ini belum ada laporan tentang jatuhnya korban jiwa akibat serangan ketiga negara. Namun fasilitas penelitian ilmiah Suriah yang berada di Damaskus dilaporkan telah hancur akibat serangan AS dan sekutunya.