REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perwakilan Permanen Suriah untuk PBB Bashar al-Jaafari mengatakan serangan yang dilancarkan sekutu, yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis ke Suriah merupakan balasan atas kekalahan proksi teroris mereka di Ghouta. Menurutnya, ketiga negara tersebut mengontrol proksi teroris yang saat ini masih bertahan di Ghouta.
Al-Jaafari mengungkapkan, AS, Inggris, dan Prancis, telah mengatur panggung guna membenarkan agresinya ke Suriah. Dalih yang dimanfaatkan ketiga negara untuk melancarkan serangan adalah perihal penggunaan dan kepemilikan senjata kimia oleh pemerintah Suriah.
"Mereka menginstruksikan kelompok teroris untuk melakukan skenario palsu menggunakan bahan kimia di Douma, mempekerjakan saksi palsu, dan memanipulasi dugaan guna membangun alasan melakukan agresi yang terang-terangan ini, yang hanya dapat ditafsirkan sebagai balas dendam AS, Inggris, dan Prancis atas kekalahan proksi teroris mereka di Ghouta," ujar al-Jaafaridalam sesi di Dewan Keamanan PBB yang digelar pada Sabtu (14/4), dikutip laman Syrian Arab News Agency.
Ia mengatakan, AS, Inggris, dan Prancis seharusnya membaca Piagam PBB dan menyadari tanggung jawabnya, yakni melindungi perdamaian serta keamanan internasional, bukan justru melakukan hal sebaliknya. Oleh sebab itu, al-Jaafari menilai, ketiga negara tersebut harus segera menghentikan dukungan terhadap kelompok-kelompok teroris bersenjata di Suriah. Ia juga meminta ketiga negara berhenti mencari pembenaran untuk melakukan serangan atau agresi ke Suriah.
"Setelah tujuh tahun perang teroris yang terjadi di Suriah yang dilancarkan oleh pemerintah negara-negara ini dan pion mereka di wilayah tersebut, rudal dan kapal perang serta pesawat tempur mereka tidak akan menghalangi atau mematahkan tekad kami untuk melenyapkan terorisme mereka," kata al-Jaafari.
"Kami mengulangi untuk keseribu kalinya, kami tidak akan membiarkan campur tangan asing atau siapa pun untuk menentukan masa depan kami. Kemarin saya berjanji kepada Anda bahwa kami tidak akan duduk di tangan kami jika ada agresi, dan negara Suriah memenuhi janji itu," ujar al-Jaafari menambahkan.
Pada Sabtu (14/4), AS, Inggris, dan Prancis melancarkan serangan udara ke kota Homs dan Damaskus, Suriah. Ketiga negara mengklaim serangan tersebut dilakukan sebagai respons atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah di Douma, Ghouta, pekan lalu.
Adapun target dari serangan udara ketiga negara adalah fasilitas-fasilitas militer yang menimbun bahan-bahan kimia. Namun sebuah fasilitas penelitian ilmiah di daerah Barzeh, Damaskus, turut hancur akibat serangan tersebut.