REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sekutu yang dimpimpin Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan rudal ke Suriah. Serangan dilakukan sebagai respons atas penggunaan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur pada pekan lalu.
Pengamat Hubungan Timur Tengah dari Universitas Maritim Raja Ali Haji, Mohammad Riza Widyarsa menilai, serangan tersebut akan menambah kompleksitas perang saudara yang teradi di Suriah. Dia mengatakan, peningkatan tensi akan terjadi lantaran AS dan sekutu tidak lagi terlibat proxy war dalam konflik tersebut.
"Kalau awal-awal AS hanya mendukung logistik bagi oposisi tapi sekarang mereka akhirnya terlibat secara langsung dan tentunya dalam dunia politik ini akan membuat tensi bertambah tinggi," kata Mohammad Riza Widyarsa, Ahad (15/4).
Menurut Riza, peningkatan tensi tersebut berpotensi berujung ke perang terbuka antara negara-negara sekutu dengan Rusia dan Iran. Meskipun, dia melanjutkan, perang terbuka sebisa mungkin juga akan tetap dihindari oleh semua negara terkait.
Namun, Riza mengatakan, perang terbuka antara sekutu dan Rusia serta Iran kemungkinan masih belum akan segera terjadi. Ini, dia mengatakan, mengingat pelaku bisnis asal AS dan Rusia sama-sama menanamkan modal mereka di negara lawan.
Perang terbuka, Riza menjelaskan, nantinya akan berdampak pada perekonomian kedua negara. Dia mengatakan, baik AS dan Rusia sudah tentu berusaha sebisa mungkin untuk menghindari hal tersebut.
"Nah apakah resiko itu ingin mereka ambil dimana perekonomian mereka tergantung dari kondisi ekonomi global," kata Riza. Meski demikian, perang terbuka bisa terjadi jika sekutu mengerahkan pasukan mereka ke Suriah seperti yang dilakukan kepada Irak dan Afganistan.
Untuk mengindari terjadinya konflik terbuka, Riza mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan akan memberakukan embargo ekonomi sepihak. Riza memprediksi, embargo akan dilakukan dalam sektor jasa finansial dan bisnis lainnya.
Dia mengatakan, langkah yang kemungkinan akan diambil lainnya adalah pengusiran duta besar hingga pemutusan hubungan diplomatik dengan negara-negara terkait. "Tapi balik lagi, eksalasi perang terbuka itu sangat dihindari, makanya paling ini langkah yang kemungkinan besar akan diambil Rusia dan Iran,” kata Riza.