REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Ulama asal Madinah, Arab Saudi Syekh Ali Jaber memuji provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mampu bangkit dari keterpurukan. Aceh kata dia sempat terpuruk akibat konflik panjang dan juga bencana besar Tsunami pada 2004 lalu. Tapi sekarang, menurut Syekh Jaber, Aceh telah bangkit dan kembali tampil memberikan sumbangsih dan gagasan penting untuk menjadi teladan bagi provinsi lain.
"Sekarang lihatlah bagaimana Aceh. Cobaan yang mereka hadapi tinggal cerita masa lalu. Sekarang mereka tak lagi membantu diri sendiri tapi sudah ke tahap membantu daerah lain," kata Syekh Jaber kepada Republika.co.id, di Hotel Kyriad Banda Aceh, Senin (16/4).
Syekh Jaber hadir di Aceh akhir pekan kemarin untuk memberikan tausiah pada acara tabligh akbar dan pelepasan bantuan berupa 1.000 ton beras bagi korban konflik di Suriah di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. 1.000 ton beras ini berasal dari hasil panen raya masyarakat Aceh dari berbagai kabupaten. Beras ini dibeli dari dana sosial lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap Foundation yang bekerja sama dengan Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh dan juga sumbangan langsung dari masyarakat Aceh.
Kondisi Aceh yang kini swasembada beras, menurut Syekh Jaber, patut diapresiasi. Selain kemajuan ekonomi, Syekh Jaber juga mengacungi jempol kepada Aceh untuk urusan keagamaan. Aceh sejak dulu konsisten mempertahankan diri sebagai daerah yang menegakkan syariat Islam.
Beberapa kali datang ke Aceh untuk urusan dakwah, ulama yang sudah sejak 2011 lalu menjadi WNI itu selalu merasa takjub melihat antusiasme warga Aceh. "Tak perlu diragukan Aceh adalah Serambi Makkah. Jamaahnya selalu antusias," ujar Syekh Jaber.
Kebangkitan seperti yang dilakukan Aceh ini, menurut Syekh Jaber, tidaklah hal yang mudah. Andai cobaan seperti yang dirasakan Aceh dialami daerah lain, kata dia, mungkin butuh waktu berpuluh tahun agar bisa bangkit.