Senin 16 Apr 2018 14:59 WIB

American Airlines Kembali Terbang di Wilayah Udara Rusia

American Airlines mengatur rute penerbangan karena ketegangan AS dan Rusia.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
American Airlines
Foto: Gizmodo
American Airlines

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- American Airlines Group Inc kembali melanjutkan rute penerbangan yang menggunakan wilayah udara Rusia, pada Ahad (15/4). Sehari sebelumnya, maskapai penerbangan AS dengan jumlah penerbangan lebih dari 6.000 kali per hari itu sempat mengatur ulang tiga rute, di tengah ketegangan geopolitik antara AS dan Rusia.

"Tim di American Airlines secara teratur memonitor masalah geopolitik global dan telah membuat perubahan pada rute pesawat saat diperintahkan. Kami kembali mengoperasikan jadwal kami secara normal 15 April," tulis sebuah memorandum internal yang dikirim ke pilot.

Pada Sabtu (14/4), rute penerbangan Dallas-Beijing, Dallas-Hong Kong, dan Chicago-Beijing harus transit di Los Angeles untuk mengisi bahan bakar. Rute itu sebelumnya biasa terbang tanpa transit jika menggunakan wilayah udara Rusia.

Karena batasan jangkauan pada pesawat, pilot tidak bisa mengambil rute yang lebih panjang tanpa bahan bakar tambahan. Para kru mungkin juga akan kehabisan waktu, yang berarti jam kerja sehari-hari mereka telah bertambah selama berubahan rute.

"American Airlines sedang membuat rencana darurat jika ada area tertentu yang dibatasi. Kami melakukan segala kemungkinan untuk meminimalkan gangguan bagi pelanggan dan anggota tim kami," kata memo tersebut.

Publikasi industri logistik The Loadstar melaporkan, perjanjian yang memungkinkan pesawat AS dan Rusia untuk menggunakan wilayah udara masing-masing akan berakhir pekan depan. Masalah itu muncul ketika Rusia dengan keras mengutuk serangan AS, Inggris, dan Prancis ke Suriah.

Hubungan antara Moskow dan Washington tampak semakin buruk karena intervensi militer yang dilakukan AS dan sekutu di Suriah. Presiden AS Donald Trump pada Jumat (13/4) malam mengumumkan serangan militer yang menargetkan situs senjata kimia milik Presiden Suriah Bashar al-Assad.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement