Selasa 17 Apr 2018 03:49 WIB

Rusia Halangi Tim Penyidik Senjata Kimia Masuk ke Douma

AS dan Prancis mengklaim memiliki bukti kuat penggunaan gas beracun di Douma

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di  Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria, Ahad (25/2).
Foto: Bassam Khabieh/Reuters
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria, Ahad (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Penyidik independen yang menginvestigasi senjata kimia Suriah dihalangi oleh pihak berwenang Suriah dan Rusia pada Senin (16/4). Hal ini dilaporkan seorang pejabat berwenang, beberapa hari setelah sekutu AS, Prancis dan Inggris memborbardir area yang diduga terkait dengan program senjata kimia Suriah.

Tim dari penyidik independen mengakui  mereka kurang mendapat akses masuk ke kota Douma. Organisasi pelarangan senjata kimia (OPCW), telah meninggalkan pertanyaan terkait serangan ke warga sipil pada 7 April lalu yang hingga kini tidak dijawab pihak berwenang.

Direktur Jendral OPCW, Ahmet Uzumcu mengatakan pejabat Suriah dan Rusia menyebut ada persoalan keamanan yang tertunda, sehingga menahan inspekturnya masuk ke kota Douma. "Tim belum dikerahkan ke Douma," kata Uzumcu, kepada Dewan Eksekutif OPCW di Den Haag, dua hari setelah dari Suriah.

Pihak berwenang Suriah menawarkan 22 orang untuk diwawancarai sebagai saksi. Dan dikatakan apa yang dibutuhkan akan diatur demi memasukkan tim ke kota Douma secepat mungkin. AS dan Prancis mengklaim memiliki bukti kuat dimana gas beracun telah digunakan saat menyerang kota Douma dan di timur Damaskus telah menewaskan belasan orang.

Dan diduga pihak militer dibawah Presiden Bashar Assad berada dibelakang kekejian ini. Walaupun belum didapat satu pun bukti yang diketahui publik. Suriah dan sekutunya Rusia telah membantah ancaman serangan kimia itu telah terjadi.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov menyalahkan serangan udara Sekutu yang terjadi pada Sabtu pagi sehingga menahan misi oleh tim OPCW ke Douma. Dikatakan Sergei kepada wartawan di Moskow, inspektur tidak dapat pergi ke lokasi tersebut karena memerlukan izin dari Departemen Keamanan AS.

Juru Bicara Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Stephane Dujarric mengatakan izin telah diberikan pada OPCW. PBB telah memberikan izin yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. "Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memberikan izin yang diperlukan bagi tim OPCW untuk melakukan pekerjaannya di Douma. Kami belum menolak permintaan tim itu untuk pergi ke Douma," kata Dujarric.

Baik Rusia dan pemerintah Suriah ia menyambut baik kunjungan OPCW. Tim tiba di Suriah tak lama sebelum serangan udara dan bertemu dengan pejabat Suriah, namun demikian pasukan pemerintah dan pasukan Rusia telah dikerahkan di Douma, yang sekarang telah berada dalam kendali Suriah.

Oposisi dan aktivis Suriah telah mengkritik penyebaran militer Rusia di kota Douma tersebut. Oposisi mengatakan bisa jadi bukti penggunaan senjata kimia mungkin tidak lagi ditemukan. Namun Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov membantah bahwa Rusia menghilangkan bukti apa pun di area yang terindikasi penggunaan senjata kimia.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement