REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menyambut pertunjukan yang dilakukan oleh kelompok tari balet asal Cina dengan sangat antusias. Mereka mengisi perayaan The Day of the Sun untuk memperingati kelahiran pendiri Korut, Kim Il-sung, pada 15 April 1912.
Ada yang berbeda dalam perayaan tersebut di tahun ini, karena Pyongyang secara mencolok tidak menunjukkan kekuatan militernya. Pada perayaan The Day of the Sun tahun lalu, Kim menggelar parade militer yang dipenuhi dengan rudal balistik terbaru, hingga memperburuk ketegangan internasional atas program senjata nuklir dan rudalnya.
Sejumlah perayaan sebelumnya juga selalu dimeriahkan dengan parade militer. Namun ketiadaan nuansa militer di tahun ini dinilai sesuai dengan pesan rekonsiliasi yang telah ditunjukkan Kim dalam beberapa bulan terakhir saat ia melakukan kunjungan pertamanya ke negara tetangga Cina dan mengumumkan rencana untuk berbicara dengan pemimpin Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS).
Foto-foto yang dikeluarkan oleh media resmi negara tidak menunjukkan adanya senjata, melainkan pertunjukan kembang api, tarian, dan olah raga. Pada Senin (16/4) malam, Kim Jong-un dan istrinya, Ri Sol-ju, terlihat bertepuk tangan setelah menyaksikan pertunjukkan tarian balet.
Mereka bergabung ke atas panggung dengan para penari dan berpose bersama. Acara itu juga dihadiri oleh Kepala Departemen Penghubung Internasional Partai Komunis Cina, Song Tao, yang memimpin rombongan Cina untuk mengikuti perayaan itu.
Dalam pertemuannya dengan Song pada Ahad (15/4), Kim mengatakan dia secara pribadi bertemu dengan para bintang tamu untuk menghormati Presiden Cina Xi Jinping. Kim juga mengaku ingin mempererat hubungan kedua negara ke dalam fase baru.
Hubungan Pyongyang dengan Beijing, yang merupakan satu-satunya sekutu Korut, sempat menegang selama beberapa tahun terakhir setelah Cina mengecam uji coba nuklir dan rudal Korut. Namun pada akhir Maret lalu, Kim melakukan kunjungan ke Beijing, yang menjadi perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak ia mengambil alih kekuasaan pada 2011.
Pada 27 April, Kim dijadwalkan bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae-in dalam sebuah pertemuan puncak di wilayah perbatasan kedua negara. Kim akan menjadi pemimpin Korut pertama yang menginjak tanah Korsel sejak 1950-an. Sementara Presiden AS Donald Trump mengatakan dia berencana untuk bertemu Kim pada Mei atau awal Juni mendatang.
Korsel secara teknis masih berperang dengan Korut setelah Perang Korea pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Pada Selasa (16/4), surat kabar Munhwa Ilbo Korsel melaporkan, kedua belah pihak telah membahas rencana untuk mengakhiri perang secara permanen dalam pertemuan yang akan datang. Kedua Korea tersebut mungkin juga akan membahas mengenai penarikan beberapa pasukan dari zona demiliterisasi yang dijaga ketat.