REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sasaran sesungguhnya serangan rudal AS, Inggris, dan Prancis pada Sabtu (14/4) ialah instalasi militer Suriah, termasuk pangkalan udara, selain ke tiga sasaran yang diumumkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Joseph Dunford mengatakan serangan tersebut memiliki tiga sasaran di Suriah yakni pusat penelitian sains di Daerah Damaskus, instalasi penyimpanan senjata kimia di sebelah barat Holms, dan instalasi di dekat sasaran kedua. Radar mendeteksi 103 rudal yang ditembakkan oleh koalisi Barat. Itu berarti rata-rata 30 rudal ditujukan ke masing-masing dari ketiga sasaran tersebut, kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konshenkov di dalam satu siaran pers.
Namun dia mengatakan berdasarkan metode penghitungan, 10 rudal akan cukup untuk menghancurkan masing-masing sasaran. "Inilah yang sesungguhnya terjadi. Sasaran sesungguhnya serangan tersebut oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis pada 14 April bukan hanya instalasi di Barzeh dan Jaramana tapi juga sasaran militer Suriah, termasuk pangkalan udara," katanya.
Pasukan Suriah menggunakan sistem pertahanan era Uni Sovyet dan menembakkan 112 rudal permukaan ke udara untuk mematahkan serangan pimpinan AS, dan menghancurkan 71 dari seluruh 103 rudal yang diluncurkan oleh koalisi itu.
Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menyerang Suriah dengan gelombang rudal pada Sabtu (14/4). Serangan itu diklaim sebagai reaksi atas dugaan serangan senjata kimia oleh pasukan Pemerintah Suriah di Kabupaten Douma, yang dikuasai gerilyawan, di dekat Ibu Kota Suriah, Damaskus, pada 7 April.
Pemerintah Suriah dengan tegas membantah semua tuduhan tersebut. Rusia menyatakan para ahli militernya tak menemukan jejak bahan beracun di Douma.
Baca juga: AS Tunda Penerapan Sanksi Baru untuk Rusia