REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) membantah laporan media massa terkait adanya tim ahli mereka yang dikirim ke Douma, Suriah, untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di sana. WHO menyatakan hingga saat ini belum ada stafnya yang diutus ke Douma.
"Tidak ada staf WHO yang pergi ke Douma," ujar juru bicara WHO Tarik Jasarevic pada Selasa (17/4), dilaporkan laman kantor berita Rusia TASS.
Ketika ditanya perihal berita media massa yang menyebut bahwa delegasi WHO telah tiba di Douma didampingi Menteri Kesehatan Suriah Nizar Yazigi, Jasarevic menyangkalnya. Ia menyatakan berita tersebut tidak benar.
Baca juga, WHO: 500 Warga Douma Terindikasi Terpapar Gas Beracun
WHO sebelumnya dikabarkan akan mengirim para ahli ke Douma,Suriah, guna menilai situasi di sana setelah adanya dugaan serangan senjatakimia. "Sejauh yang kami tahu, perwakilan WHO akan dikerahkan ke Douma hari iniuntuk mengambil tindakan di bawah mandat mereka guna menilai situasi objektif dari sudut pandang medis dan sanitasi di tempat dugaan penggunaan senjata kimia," kata Perwakilan Permanen Rusia untuk PBB dan organisasi internasional lainnya yang berbasis di Jenewa, Gennady Gatilov pada Senin (16/4) lalu.
Selain WHO, menurut Galitov, tim ahli dari Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) juga telah diutus ke Douma. Rusia dan otoritas berwenang Suriah menawarkan berbagai dukungan guna menunjang penyelidikan mereka di sana.
Douma, salah satu wilayah di Ghouta Timur yang masih dikuasai kelompok pemberontak, dilaporkan diserang menggunakan senjata kimia pada 7 April lalu. Serangan tersebut sedikitnya menewaskan 70 warga sipil.
Sekutu, yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis menudung Pemerintah Suriah sebagai dalang serangan di Douma. Tuduhan ini segera dibantah tegas oleh Damaskus dan sekutu utamanya Rusia.
Dugaan penggunaan senjata kimia ini yang menjadi alasan sekutu melancarkan serangan udara ke Damaskus dan Homs pekan lalu. Sekutu mengklaim serangan sengaja dilakukan guna menghancurkan fasilitas-fasilitas militer yang diyakini menjadi pusat pengembangan senjata kimia Pemerintah Suriah.