REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pameran Indonesia Islamic Book Fair (IBF) 2018 disebut sebagai salah satu ikon peradaban Islam di dunia. Alasannya, pameran tersebut mampu menyedot peserta lebih dari 300 ribu pengunjung.
"Di negara mana pun, belum ada yang mampu menyedot peserta sampai 300 ribu orang, tumpah ruah dari pesantren," kata Dewan Pembina IBF Nasaruddin Umar di JCC, Jakarta, Rabu (18/4).
Ia menyebut, IBF adalah satu satu kegiatan yang sudah lama ditunggu penyelenggaraannya oleh masyarakat. Termasuk para pengunjung tidak hanya dari DKI Jakarta, tetapi juga sejumlah daerah.
"Saya yang sering diajak terlibat. Saya ikut bersemangat. Ini tak hanya pameran buku, tetapi juga syiar," ujar dia.
Nasaruddin mengatakan, selain buku, IBF menampilkan bakat dan kebolehan umat, buku-buku terbaru, dan memberi penghargaan pada penulis yang dianggap produktif setiap tahun. Menurut dia, IBF juga menjadi ajang menilai mana buku yang paling banyak diminati.
"Saya juga bisa menggaransi, insya Allah buku-buku yang menang, itu yang layak dimenangkan, karena tak ada KKN," ucap dia. Nasaruddin berharap IBF bisa menjadi warisan intelektual, warisan umat, dan warisan peradaban.