REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Wilayah Sukabumi, Jawa Barat menjadi target awal dari pengembangan budidaya ikan nila bioflok. Daerah tersebut dinilai memiliki potensi dalam budidaya ikan.
Hal ini disampaikan Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Kota Sukabumi, Rabu (18/4).
"Untuk tahap awal wilayah Sukabumi dan sekitarnya menjadi target pengembangan," ujar Slamet di sela-sela peluncuran budidaya ikan nila dengan sistem bioflok.
Sukabumi menurutnya memiliki potensi dalam pengembangan karena banyaknya warga yang mengonsumsi ikan nila. Daerah lainnya yang menjadi sasaran pengembangan adalah Nusa Tenggara Barat (NTB). Di wilayah itu ikan nila juga menjadi menu makanan sehari-hari masyarakatnya.
Slamet menerangkan, pengembangan budidaya bioflok nila ini akan menguntungkan bagi warga yang membudidayakan ikan. Hal ini dikarenakan banyaknya nilai lebih dalam sistem budidaya baru tersebut.
Sistem bioflok misalnya menggunakan air dengan sangat efisien. Di mana persentase mengganti air hanya lima persen atau bahkan tidak ganti air sama sekali.
Kelebihan budidaya sistem bioflok nila lainnya yakni meningkatkan efisiensi pakan yang tadinya feed conversion ratio (FCR) 1.5 menjadi 1.03 atau nyaris 1.0. FCR merupakan perbandingan antara berat pakan yang diberikan dalam satu siklus periode budidaya dengan berat total yang dihasilkan.
Aplikasi sistem ini kata Slamet mampu meningkatkan produktivitas hingga 25-30 per kilogram. Benih awal yang ditebar berukuran 8-10 centimeter. Selama tiga bulan pemeliharaan benih tersebut mampu tumbuh hingga ukuran 200-250 gram per ekor.