Kamis 19 Apr 2018 06:11 WIB

Derita Rohingya dalam Bingkai Foto

Karya Sagolj tentang Rohingya mendapatkan penghargaan dari Pulitzer Prize

Rep: Marniati/ Red: Esthi Maharani
 Tentara Bangladesh menghadang masuk pengungsi muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).
Foto: AP/Dar Yasin
Tentara Bangladesh menghadang masuk pengungsi muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID,  COXS BAZAAR -- Kedatangan pengungsi Rohingya ke Bangladesh sempat diabadikan oleh seorang fotografer bernama Damir Sagolj. Foto hasil karyanya semakin menunjukan penderitaan yang dialami Rohingya. Saat itu, sebuah perahu pengungsi Rohingya terbalik di pantai Bangladesh. Sagolj langsung bergegas ke tempat kejadian untuk mengabadikan momen itu.

Sagolj melihat penduduk setempat mengangkat tubuh korban tenggelam dan meletakkan mereka di tepi jalan. Jasad korban tenggelam ini hanya ditutupi oleh selimut. Suasana gelap dan hujan deras semakin menambah kepiluan.

"Kau tidak bisa melihat berapa banyak yang ada di bawah selimut, tapi yang bisa kulihat adalah kebanyakan anak-anak," kata Sagolj.

Hasil karya Sagolj ini mendapat penghargaan dari Pulitzer Prize untuk feature fotografi. Menurut juri, foto ini begitu mengejutkan dunia. Ini juga semakin memperjelas kekerasan yang dihadapi pengungsi Rohingya saat melarikan diri dari Myanmar.

Sebuah tim fotografer, termasuk Sagolj, yang bekerja di bawah arahan Editor Asia Pictures Ahmad Masood juga sempat mendokumentasikan perjalanan pengungsi Rohingya. Mereka mengabadikan perjalanan Rohingya melalui laut dengan kapal ikan reyot serta perjalanan darat yang melewati kawat berduri.

Tim fotografer ini juga mengunjungi kamp-kamp pengungsi untuk mengabadikan kisah-kisah kehidupan baru Rohingya. Termasuk bekas luka yang mereka alami akibat tindakan keras militer Myanmar.

"Kisah-kisah horor yang sama tentang pembunuhan, pemerkosaan, dan pembantaian yang kami dengar ketika para pengungsi pertama mulai menyeberang pada Agustus dan September, persis sama - jika tidak lebih buruk - kisah-kisah itu diceritakan tiga bulan setelah itu," kata Sagolj.

Menurutnya, para pengungsi Rohinya begitu terbuka dengan kehadiran fotografer. Para fotografer hampir tidak mengalami penolakan dari para pengungsi ketika mereka memotret dan menanyakan pengalaman mereka.

"Saya mendapat kesan bahwa orang-orang ini ingin semua orang tahu apa yang terjadi pada mereka. Mereka semua benar-benar ingin kisah mereka diceritakan." kata Sagolj.

Tindakan keras terbaru oleh pemerintah dan warga sipil Budha terhadap penduduk Rohingya menciptakan eksodus massal lebih dari 600 ribu orang. Mereka meninggalkan Rakhine pada akhir 2017.

Para pengungsi telah melaporkan pembunuhan, perkosaan dan pembakaran dalam skala besar. Peejabat senior PBB menggambarkan kekerasan terhadap penduduk Muslim Rohingya sebagai contoh pembersihan etnis.

Myanmar membantah melakukan pembersihan etnis atau pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis. Myanmar mengatakan mereka melancarkan operasi kontra-pemberontakan yang sah. Menurut militer tindakan kerasnya dipicu oleh serangan gerilyawan Rohingya di puluhan pos polisi dan pangkalan militer Agustus lalu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement