Kamis 19 Apr 2018 12:05 WIB

Perusahaan Belgia Diduga Jual Bahan Senjata Kimia ke Suriah

Tiga perusahaan Belgia telah menjual bahan senjata kimia ke Suriah pada 2014-2016

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Foto diambil 4 April 2017, ketika petugas medis Turki memeriksa korban serangan senjata kimia di kota Idlib, Suriah, di rumah sakit di Reyhanli, Hatay, Turki.
Foto: AP
Foto diambil 4 April 2017, ketika petugas medis Turki memeriksa korban serangan senjata kimia di kota Idlib, Suriah, di rumah sakit di Reyhanli, Hatay, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Jaksa Belgia telah meluncurkan penyelidikan kriminal terhadap tiga perusahaan yang diduga telah menjual bahan kimia ke Suriah. Bahan kimia tersebut kemungkinan digunakan oleh Suriah untuk membuat senjata.

Penyelidikan ini diluncurkan setelah para peneliti dari bellingcat.com dan situs berita Flemish knack.com menggunakan database penjualan kimia PBB. Mereka menemukan tiga perusahaan Belgia telah menjual sekitar 96 metrik ton isopropanol yang kekuatannya telah disempurnakan menjadi 95 persen, kepada Suriah antara tahun 2014 dan 2016.

Ketiga perusahaan itu adalah AAE Chemie Trading dari Kalmthout, penjual grosir produk-produk kimia untuk keperluan industri; Anex Customs dari Hoevenen, kantor layanan administratif yang bangkrut pada 2017; dan Danmar Logistics, perusahaan logistik dari Stabroek.

 

Baca juga, Tim Ahli OPCW Selidiki Penggunaan Senjata Kimia di Douma

Pada Rabu (18/4), jaksa mengkonfirmasi bahwa penyelidikan kriminal atas masalah tersebut telah diajukan di Pengadilan Kriminal Antwerp pada akhir Maret lalu. Informasi ini didapatkan dari pernyataan Pengadilan Antwerp yang diterbitkan oleh Knack.

Seorang pejabat polisi di Divisi Kejahatan Keuangan Antwerpen dari Kepolisian Federal Belgia telah mengkonfirmasi penyelidikan itu kepada BuzzFeed News. "Tentu tidak baik untuk mengetahui Belgia adalah satu-satunya negara Uni Eropa yang masih menjual bahan kimia ke Suriah," kata pejabat itu yang berbicara secara anonim.

Berita tentang penyelidikan ini muncul setelah tim penyidik Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) kembali harus menunda kunjungannya ke Douma karena alasan keamanan. Serangan kimia di Douma, wilayah Ghouta timur, terjadi pada 7 April lalu, yang kemudian mendorong AS, Prancis, dan Inggris untuk melakukan serangan ke tiga fasilitas penelitian dan penyimpanan senjata kimia milik Pemerintah Suriah.

Tim penyidik OPCW tahun lalu menemukan jejak isopropanol di lokasi serangan senjata kimia di Kota Khan Shaykhun di Suriah utara. Serangan itu menewaskan antara 76 hingga 100 orang dan memicu AS untuk menembakkan rudal jelajah ke pangkalan Angkatan Udara Suriah.

Sebagai bagian dari kesepakatan dengan PBB setelah insiden 2013, Suriah bersumpah untuk menghancurkan seluruh stok isopropanol. Bahan kimia ini digunakan untuk membuat agen saraf sarin, yang juga banyak ditemukan dalam zat-zat umum seperti alkohol.

Selain Belgia, negara-negara lain juga menjual banyak bahan kimia ke Suriah. Lebanon menjual sekitar 300 metrik ton dan Uni Emirat Arab (UEA) menjual sekitar 600 metrik ton.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement