REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pembangunan proyek rumah dengan uang muka (DP) Nol Rupiah di Klapa Village, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, terus dilakukan setelah peletakan batu pertama oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan pada Kamis (18/1). Proyek itu dikerjakan Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan Sarana Jaya yang menggandeng PT Totalindo Eka Persada.
Dalam area pembangunan proyek, wilayah telah disterilkan dengan memasang pembatas area proyek dengan perumahan warga. Pembatas area proyek dilakukan dengan memasang seng pembatas yang tingginya sekitar dua meter. Disiapkan juga menara crane yang digunakan sebagai pengangkat alat-alat proyek yang berat, termasuk pancang dan besi, serta untuk melakukan pengecoran.
Manager Teknik Kerja Sama Operasi (KSO) Sarana Totalindo Yuda Kamal mengatakan, walaupun ground breaking dilakukan pada Januari lalu, pengerjaan proyek baru dimulai pada pertengahan Februari 2018. Pihaknya selaku kontraktor yang ditunjuk mengaku, perlu mengumpulkan data terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan proyek yang telah dilakukan oleh pengembang sebelumnya.
"Sekitar pertengahan Februari baru bisa bergerak kontraktur baru. Kan kita collect data dulu, jadi kita panggil dulu konsultan perencanaan, arsitek, dan pihak lain yang terlibat. Kita review ulang, menyesuaikan kondisi lapangan yang ada," kata Yuda saat ditemui di lokasi, Rabu (18/4).
Yuda menerangkan, awalnya telah dipasang sekitar 700 tiang pancang oleh pengembang sebelumnya. Namun, tidak semuanya akan digunakan. "Artinya, kita menyesuaikan pancang yang ada. Terus begitu mau bikin pile cap-nya itu dia gak masuk pancangnya. Jadi, harus ada pancang baru," tambah Yuda.
Oleh karena itu, sambung dia, akan ditambah sekitar 200 tiang pancang karena desain huniannya berubah dan harus disesuaikan juga dengan tiang pancang yang sudah ada. Saat ini pun, belum dilakukan penambahan pemasangan tiang pancang. Sebab, sebelum dipasang, harus dilakukan dahulu tes dan evaluasi guna menjamin keamanan pembangunan proyek.
"Jadi, sebelum dipasang kita lakukan dulu pengujiannya. Ada 200 pancang yang akan dipasang, tapi belum dipasang karena menunggu hasil uji dulu. Setelah ada tes itu baru dipasang. Harus diuji dulu, gak bisa sembarangan," ucap Yuda.
Berdasarkan data dari pusat informasi proyek rumah DP Nol Rupiah, disiapkan satu show unit tipe 36 di kantor pusat. Dalam satu unit tipe 36 yang kurang lebih lebarnya 30 meter persegi (m2) tersebut, disediakan dua kamar tidur, satu kamar mandi dan masing-masing satu dapur dan ruang tamu yang saling terhubung.
Walaupun tidak terlalu besar, satu unit hunian tersebut bisa dibilang hunian yang minimalis. Show unit sendiri ditampilkan agar memberikan gambaran bagi warga yang ingin membeli hunian tersebut.
Beberapa warga yang datang untuk melihat show unit, mengaku tertarik untuk melihat terlebih dahulu bentuk hunian yang diperlihatkan. Salah satunya, Upi (29 tahun) yang datang dari Penjaringan, Jakarta Utara. Upi mengaku sebagai korban penggusuran di Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, pada 2016.
Upi menceritakan, setelah digusur, ia tidak lagi memiliki tempat tinggal. Walaupun setelah penggusuran, Pemprov DKI menyediakan rumah susun sewa sederhana (rusunawa) bagi korban, ia tidak mendapatkan rumah tersebut karena langsung pulang ke kampung halamannya.
Sehingga, setelah beberapa bulan kembali ke Jakarta, rusunawa tersebut sudah penuh. Dia pun harus mengontrak rumah untuk ditinggali bersama suami dan keempat anaknya. "Sekarang saya ngontrak saja. Ngontrak saya sebulan Rp 800 ribu, cuma satu kamar saja. Lebih baik ambil ini (rumah DP nol rupiah)," kata Upi sambil melihat pajangan rumah DP Nol Rupiah yang ditampilkan di kantor pusat informasi.
Oleh sebab itu, Opi tertarik untuk mengambil hunian tersebut. Namun, lanjut Upi, saat ini hunian tersebut belum dapat dipesan. "Katanya (daftar) akhir April, kalau tidak awal Mei."
Warga lainnya, Sukma (52) juga tertarik untuk memesan satu unit hunian tersebut. Sukma bermaksud akan memesan satu unit hunian tersebut untuk putranya. "Kalau saya memesan (rumah DP nol rupiah) untuk anak saya, kebetulan dia baru saja menikah," kata Sukma.
Dia mengaku tertarik dengan hunian tersebut dan berkeinginan untuk memesan satu unit hunian dengan tipe 36. "Saya lebih memilih yang dua kamar (tipe 36), biar agak lebih luas," tambah Sukma.
Saat peletakan batu pertama, Gubernur Anies mengatakan, tahap pertama pembangunan hunian vertikal Klapa Village kan dibangun satu tower terlebih dulu dari rencana dua tower. Pengerjaannya ditargetkan selesai dalam 1,5 tahun. Namun, Anies meminta pembangunannya bisa diselesaikan lebih cepat.
Di tower pertama ini, akan dibangun 20 lantai dengan total 703 unit. 513 unit di antaranya bertipe 36 dan 190 unit tipe 21. Harga per unitnya untuk tipe 36 dengan dua kamar adalah Rp 320 juta, sementara tipe 21 seharga Rp 185 juta dengan satu kamar. ¦ silvy dian setiawan ed: erik purnama putra