Kamis 19 Apr 2018 16:33 WIB

Bimanesh Ungkap Kejanggalan Saat Setnov Dibawa ke RS

imanesh mengakui ada sedikit benjolan di dahi Setnov saat dibawa ke rumah sakit.

Dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau Bimanesh Sutarjo menjalani sidang perdana di pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (8/3).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau Bimanesh Sutarjo menjalani sidang perdana di pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (8/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter RS Medika Permata Hijau Bimanesh Sutarjo menjelaskan sejumlah kejanggalan saat mantan ketua DPR Setya Novanto dibawa ke rumah sakit tersebut karena disebut mengalami kecelakaan. Bimanesh mengakui ada sedikit benjolan di dahi Setnov saat dibawa ke rumah sakit.

"Saat saya menunggu di ruang dokter lantai 3, ada pasien yang dibawa ke ruangan 323 tepat di depan ruangan saya, tapi seperti orang diburu-buru, dikejar-kejar, itu sekitar pukul 18.50 WIB, dibawa 2 orang satpam dan 1 perawat," kata Bimanesh di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis (19/4).

Bimanesh menjadi saksi untuk mantan pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi yang didakwa bersama-sama dengan Bimanesh Sutarjo menghindarkan mantan Ketua DPR Setya Novanto diperiksa dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi KTP-Elektronik.

"Saya katakan sama suster yang bersama saya, buat saya janggal kok lihat ada orang yang masuk dengan brankar wajahnya dibungkus selimut ini, pasien biasanya kalau masuk tidak perlu diburu-buru karena pasien seperti itu kan sensitif dan ini malah dibungkus dengan selimut seperti memakai hijab yang tebal, ini janggal," jelas Bimanesh.

Setelah Setnov masuk ke ruang perawatan No 323 lantai 3 RS Medika Permata Hijau tersebut, Bimanesh mulai memeriksanya dengan ditemani dua suster yaitu suster Nurul dan suster Indri.

"Ada beberapa cedera lecet di dahi, di pipi sebelah kiri, lecet seperti garis dikeroki di leher dan lengan bawah, saya ukur itu 9 cm, 3 luka itu," ungkap Bimanesh.

Bimanesh mengakui ada sedikit benjolan di dahi Setnov saat itu. "Ada bulat lonjong di kepala, yaitu ketika jaringan lunak tersentuh benda tumpul, jadi ada bekuan darah di bawah kulit tapi itu 1,5 cm saja, itu ringan, bukan pukulan yang hebat. Kulit arinya juga terkelupas dan ada bagian yang membengkak," tambah Bimanesh.

Saat itu menurut Bimanesh Setnov dalam keadaan sadar. Ia pun lalu mengukur tekanan darah Setnov. "Saya minta perawat ukur tensi, karena kami kan lihat tanda-tanda vitalnya dulu. Saya periksa tensinya tinggi sekali 180/110 saya sampaikan ke Pak Setnov, 'Pak ini tensinya tinggi sekali loh pak, kalau bisa istirahat betul di sini', Pak Setnov mengangguk saja, karena memang tensinya harus segera diturunkan kalau tidak akan ada risiko tinggi stroke atau serangan jantung," jelas Bimanesh.

Bimanesh mengaku tidak terlalu memikirkan mengenai cedera ringan di kepala Setnov tersebut tapi lebih ke hipertensi yang ditunjukkan dari tingginya tekanan darah karena dapat menyebabkan penyakit stroke, jantung, dan ginjal.

"Denyut jantung 100 per menit, itu termasuk tinggi, normalnya 80, itu tidak normal, lalu pemeriksaan ada hati, limpa ginjal, hasilnya dalam batas normal, karena di dalam resume medik ada riwayat radang usus buntu kronik, saya raba usus buntu, saya raba tapi tidak apa-apa, setelah selesai saya keluar saya pesan ini harus istirahat betul karena pasien seperti ini banyak yang jenguk," jelas Bimanesh.

Bimanesh bahkan menulis di kertas A4 yang memerintahkan agar pasien istirahat dan tidak bisa menerima tamu malam itu.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement