REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Militer Qatar telah mengikuti latihan militer gabungan dengan negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi. Latihan militer ini digelar sejak 26 Maret dan berakhir pada 16 April.
"Kepala Staf Angkatan Bersenjata Qatar Jenderal Ghanem bin Shaheen Al Ghanim hadir pada upacara penutupan pada Senin (16/4), yang dihadiri oleh Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dan kepala negara lainnya, untuk latihan Gulf Shield," kata Angkatan Bersenjata Qatar dalam sebuah pernyataan.
Kendati demikian Angkatan Bersenjata Qatar tidak memberikan keterangan terperinci perihal jumlah kontingennya yang berpartisipasi dalam latihan militer Gulf Shield. Namun seorang pejabat dari satu di antara 23 negara yang mengikuti latihan tersebut mengatakan, Qatar mengirim satu kapal dan 16 prajurit.
Belum ada komentar langsung dari kantor media pemerintah Saudi perihal bergabungnya Qatar dalam latihan Gulf Shield. Pada 5 Juni 2017 Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Keempat negara tersebut memblokade seluruh akses dari dan menuju Qatar.
Hal itu dilakukan karena keempat negara menuduh Qatar menjadi pendukung dan penyokong kelompok ekstremis dan teroris di Teluk. Tuduhan tersebut pun segera dibantah oleh Doha.
Belakangan negara-negara Teluk mengajukan 13 tuntutan kepada Qatar. Tuntutan tersebut harus dipenuhi bila Qatar ingin terbebas dari blokade dan embargo. Namun Qatar telah menyatakan bahwa poin-poin dalam tuntutan tersebut tidak realistis dan mustahil dipenuhi.
Adapun tuntutan tersebut antara lain meminta Qatar memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menghentikan pendanaan terhadap kelompok teroris, dan menutup media penyiaran Aljazirah. Hingga saat ini perselisihan Qatar dengan Saudi dan sekutunya belum berhasil diselesaikan.