Kamis 19 Apr 2018 18:30 WIB

Taman Nasional Benteng Terakhir Ekosistem

Pengelolaan taman nasional berbasis riset dinilai membuat kawasan tersebut membaik.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Yudha Manggala P Putra
Andatu, badak sumatra badak berada di Suaka Rhino Sumatra (SRS)-Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, Rabu (27/7)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Andatu, badak sumatra badak berada di Suaka Rhino Sumatra (SRS)-Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, Rabu (27/7)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (Kapuslitbanghut) Kementerian Kehutanan Kirsfianti L. Ginoga mengatakan, kawasan hutan taman nasional memiliki nilai strategis, sebagai benteng terakhir pelestarian ekosistem dan biodiversitas. Untuk itu, pengelolaan taman nasional berbasis riset membuat kawasan tersebut membaik.

''Setiap taman nasional memiliki tipologi spesifik, satwa prioritas berperan dalam ekosistem, serta memiliki potensi jasa ekosistem dan lingkungan,'' kata Kapuslitbanghut Kisfianti L. Ginoga pada sebuah forum diskusi Pengelolaan Jasa Lingkungan Bebasis Keanekaragaman Hayati Taman Nasional, di Bandar Lampung, Kamis (19/4).

Ia mengatakan stasiun riset telah dibangun di tujuh taman nasional di Indonesia. Menurut dia, stasiun riset termasuk yang baru berada di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung, menjadikan pengelolaan hutan kawasan semakin terjaga.

''Apalagi, kedua taman nasional ini (TNBBS dan TNWK) merupakan warisan dunia dan ASEAN. Pengelolaan taman nasional berbasis riset ini menjadikan pengelolaan akan semakin baik,'' ujarnya.

Kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Hutan, Wiyogo Supriyanto menyatakan Pemerintah Provinsi Lampung berkomitmen memberikan perhatian serius terhadap kawasan TNBBS, untuk menjaga keutuhan dan kelestarian flora dan fauna terhadap ancaman kepunahan. Komitmen ini didasarkan pada pengamanan hutan dan penegakkan hukum secara tegas.

Menurutnya, kawasan hutan TNBBS yang sebagian berada di Lampung telah menjadi warisan dunia oleh UNESCO dengan nama The Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (THRS). Sebagai warisan dunia, karena kawasan TNBBS berperan penting dalam ekologi tidak saja di Indonesia tetapi juga dunia.

Berdasarkan catatan Dinas Kehutanan Lampung, ancaman kepunahan terhadap flora dan fauna, terus terjadi. Perburuan liar, penebangan liar, dan pembukaan lahan masih berlangsung. Semua itu mengancam kepunahan gajah sumatra, harimau sumatra, badak sumatra, dan berbagai flora seperti bunga rafflesia (Rafflesia sp), amorphophallus titanum, amorphophallus deculsiva, dan anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum speciosum).

Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Kemenhut Istanto pernah menyatakan, pentingnya melindungi kawasan TNBBS dari ancaman kepunahan. Hal ini dikarenakan kawasan TNBBS bukan hanya kebanggaan bagi Provinsi Lampung, Provinsi Bengkulu maupun Sumatra, tetapi juga kebanggaan Indonesia bahkan dunia. Tetapi sangat disayangkan, apabila terdapat permasalahan yang terjadi di kawasan TNBBS, seperti perambahan liar dari oknum masyarakat pendatang dan perburuan liar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement