REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (BTN) mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 15,13 persen secara tahunan (year on year). Direktur Utama BTN Maryono memaparkan, pada kuartal pertama 2017, laba bersih BTN tercatat Rp 594 miliar. Angka tersebut meningkat menjadi Rp 684 miliar pada kuartal pertama 2018.
"Kenaikan ini lebih tinggi dari pada rata-rata industri yang hanya 9,69 persen," ujarnya, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/4).
Meski laba meningkat, Maryono mengakui bahwa kenaikan tersebut lebih rendah dibanding sejumlah bank milik negara lain. Menurut dia, hal ini terjadi karena ada kecenderungan produktivitas bisnis utama BTN belum pesat di tiga bulan pertama 2018. Menurutnya, puncak produktivitas bisnis biasanya terjadi pada kuartal ketiga dan keempat.
Selain itu, Maryono menambahkan, kenaikan laba belum signifikan karena pertumbuhan kredit yang belum mencapai target. Pertumbuhan kredit secara keseluruhan pada triwulan pertama 2018 tercatat baru mencapai 19,34 persen. Belum sesuai target yang ditetapkan untuk 2018 yang sebesar 22-24 persen.
Lebih rinci, Maryono memaparkan, pertumbuhan kredit di BTN terutama disumbang oleh segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi yang naik sebesar 32,96 persen menjadi Rp 79,14 triliun. Adapun KPR dari segmen non-subsidi hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,24 persen menjadi Rp 69,8 triliun.
"Kredit perumahan masih menempati porsi terbesar dari total kredit, yakni 91,09 persen," kata dia.