REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansurypada mengakui triwulan pertama merupakan masa paling berat bagi Garuda Indonesia. Namun ia optimistis kondisi triwulan pertama tahun ini membaik dari periode yang sama tahun lalu. "Paling tidak jumlahnya bisa kita mengumpulkan laba," katanya, Kamis (19/4).
Pihaknya baru akan mengumumkan secara rinci capaian kerja triwulan pertama ini pada akhir April. Sebagai perusahaan, berbagai upaya dilakukan Garuda Indonesiia untuk mendongkrak keuntungan. Sedikitnya ada lima hal yang perlu terus dilakukan sesuai dengan arahan pemegang saham.
Tiga di antaranya adalah melakukan review atas rute-rute terbang khususnya rute internasional. "Jadi itu termasuk yang menjadi prioritas kita," ujar dia.
Kedua adalah bagaimana terus melakukan renegosiasi dan optimalisasi pesawat-pesawat. Tahun lalu pihaknya telah menyelesaiakan 12 renegosiasi dan tahun ini rencananya akan dilakukan renegosiasi hingga sembilan kontrak. Dampak yang dihasilkan dengan renegosiasi dan optimalisasi ini diakuinya cukup baik.
Menurutnya, dari sisi biaya operasional pada akhir triwulan pertama mengalami penurunan namun mengalami peningkatan dari sisi pendapatan operasional. Padahal sejak tahun lau hingga saat ini terjadi kenaikan bahan bakar atau jet fuel. "Kalau kita lihat ini sudah merupakan satu tren yang membaiklah, tren yang positif," tegas Pahala.
Ketiga, ia melanjutkan, adalah bagaimana memperoleh pendapatan yang berasal dari luar pendapatan penumpang baik oleh Garuda Indonesia maupun perusahaan anak. Meski pendapatan penumpang masih merupakan komposisi terbesar hingga saat ini.Misalnya kargo yang selama ini memiliki pendapatan kurang lebih 17 juta dolar AS sampai 18 juta dolar AS setiap bulannya.
"Ke depannya kita harus mencapai kurang lebih 23 juta sampai 25 juta dolar AS per bulannya dan ini bisa kita lakukan termasuk bagaimana mencari kargo-kargo yang potensi pendapatannya lebih tinggi daripada yang lain-lain," kata dia.
Untuk diketahui, angka 23 juta dolar AS hingga 25 juta dolar AS merupakan target Garuda Indoneisa pada 2019. Sementara target tahun ini berada di angka rata-rata 21 juta dolar AS hingga 22 juta dolar AS.