REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, menuturkan mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo punya potensi untuk menjadi magnet sebagai capres 2019. Magnet ini akan makin menguat saat posisi bakal capres pejawat Joko Widodo (Jokowi) terus berada pada posisi yang belum cukup aman.
Toto melanjutkan, saat ini figur yang potensial menjadi capres, selain Jokowi dan Prabowo, adalah Gatot. Dalam kondisi ini, kelompok yang mempertimbangkan poros ketiga juga tengah merancang rencana cadangan dengan menyiapkan figur tertentu.
"Yang berpotensi jadi capres sejauh ini hanya tiga, Jokowi, Prabowo, dan Gatot," ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (20/4).
Menurut Toto, meski Gatot belum tembus 10 persen, dia punya potensi untuk menjadi magnet pilihan publik saat posisi Jokowi belum cukup aman karena tidak bisa segera merespons titik-titik lemahnya ke depan. Toto menilai ada tiga persoalan utama yang menjadi kelemahan Jokowi.
Pertama, isu ekonomi, yakni terkait kesejahteraan masyarakat. Kedua, soal isu SARA. Ketiga, soal buruh migran. Isu yang ketiga banyak dikritisi oleh kalangan aktivis masyarakat sipil.
"Dan ini punya potensi merontokkan Jokowi jika dia lengah," ucapnya.
Toto mengungkapkan, Gatot tidak boleh dianggap enteng. Walaupun elektabilitasnya masih rendah, bukan berarti tidak akan berhasil menjadi pesaing Jokowi. Gatot, menurut dia, hanya belum mampu memenuhi hukum besi, yakni pengenalan dan kesukaan.
"Wajar masih seperti itu elektabilitasnya. Jika mampu meningkatkan pengenalan, misalnya, apalagi kalau sampai berbanding lurus pengenalan dan kesukaannya maka bisa menjadi magnet. (Sebanyak) 41 persen ingin pemimpin baru bukan mustahil larinya ke Gatot, kalau cerdas mendesain programnya, mem-branding personal figure-nya ke depan," ujarnya.