Jumat 20 Apr 2018 15:24 WIB

35 Persen Perusahaan Belum Sediakan Ruang Laktasi

Serikat kerja perlu mendorong perusahaan menyediakan ruang laktasi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Aktivitas di ruang laktasi di Balai Kota DKI Jakarta.
Foto: Republika/Sri Handayani
Aktivitas di ruang laktasi di Balai Kota DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sekitar 35,2 persen perusahaan di Indonesia belum menyediakan ruang laktasi bagi ibu menyusui. Padahal, ruang laktasi adalah salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan.

Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Kemenkes, Kartini Rustandi, mengatakan baru 64,8 persen gedung perkantoran di Indonesia yang menyediakan ruang laktasi guna mendukung program ASI eksklusif. Angka tersebut merupakan kumpulan data di 19 Provinsi dan 78 Kabupaten atau Kota, yang sudah melaksanakan program Gerakan Perempuan Pekerja Sehat dan Pruduktif (GP2SP) maupun yang tidak.

"Jadi jangan lah kita bicara soal stunting bagaimana, ya kalau masalah seperti ini saja (penyediaan ruang lakstasi) belum semua menyediakan," kata Kartini di Gedung Kemenkes Jakarta Selatan, Jumat (20/4).

Kartini mengatakan, perlu ada komitmen dari pimpinan perusahaan untuk mewujudkan ketersediaan ruang laktasi di semua perusahaan. Selain itu, serikat pekerja juga dinilai perlu mendorong ketersediaan ruang laktasi di setiap perusahaan.

Baca juga: Menyusui Bayi Bikin Jantung Ibu Makin Sehat

"Selain ruang laktasi, pemenuhan gizi juga saya rasa perlu diberikan. Jika tidak mampu, perusahaan bisa bekerja sama dengan Puskesmas setempat," kata Kartini.

Sementara itu, Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Prof Vennetia meminta agar Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) tegas menegur dan memberikan sanksi terhadap perusahaan yang belum menyediakan ruangan laktasi. Terlebih, terhadap perusahaan besar yang semestinya sanggup menyediakan ruangan laktasi.

"Ruangan laktasi seluas apa sih? Tidak terlalu luas saya rasa. Jadi perusahaan besar pasti bisa (sediakan ruang laktasi)," tegas Vennetia .

Perusahaan yang tidak menyediakan laktasi bisa diberi sanksi seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 dalam pasal 200 dan 201. Yaitu ancaman pidana kurungan paling berat selama satu tahun dan denda maksimal Rp 100 juta. Adapun untuk perusahaan, denda menjadi maksimal tiga kali lipat atau Rp 300 juta dan ancaman pencabutan badan izin usaha.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement