Jumat 20 Apr 2018 16:27 WIB

Pulau Bidadari Kini Bersolek

Nantinya pulau resort ini kental dengan unsur budaya yang dipadukan dengan teknologi

Disain penginapan Pulau Bidadari.
Foto: Humas Jaya Ancol
Disain penginapan Pulau Bidadari.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pulau Bidadari merupakan salah satu gugusan pulau yang terdapat di Kepulauan Seribu yang dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari. Merupakan pulau terdekat dengan Teluk Jakarta menjadikan Pulau Bidadari sebagai salah satu pulau yang cukup diminati oleh wisatawan.

Sebagai sebuah kawasan wisata bahari dan resort sejak tahun 1972 yang dikelola oleh salah satu anak usaha PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk yaitu PT Seabreez Indonesia, Pulau Bidadari mulai menjadi salah satu destinasi wisata yang kerap dikunjungi wisatawan. Selain nilai sejarahnya, pulau ini juga menawarkan wisata alam yang masih sangat alami.

Berada diantara Pulau Onrust, Pulau Kelor dan Pulau Cipir, Pulau Bidadari memiliki sejarah yang menarik. Mulai dari menjadi tempat berlabuh sebelum mendarat ke Jakarta hingga menjadi benteng pertahanan Belanda dapat ditemui wisatawan penikmat sejarah.

Pada jaman penjajahan Belanda, tepatnya masa-masa kegiatan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, tempat ini dijadikan sebagai tempat penampungan bagi orang sakit. VOC pada abad ke-17 membangun sarana dan prasarana rumah sakit (lazaretto) sebagai penunjang untuk menyembuhkan para penderita yang terjangkit, sehingga sebelum bernama Pulau  Bidadari, pulau ini bernama Pulau  Sakit.

Seperti layaknya pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu, Pulau Bidadari juga mempunyai nama Belanda yakni pulau Purmerend. Pulau Bidadari bersama dengan tiga pulau lainnya yakni Onrust, Cipir (De Kuiper) dan Kelor (Kerkhof), menjadi saksi sejarah penting dimana keempat pulau ini menjadi tempat pertahanan, penyimpanan rempah-rempah sebelum dikirim ke Belanda dan menjadikan pulau-pulau tersebut sebagai area pengawasan atau pertahanan pertama sebelum masuk ke wilayah pemerintahan di Batavia.

Dalam perjalanannya, pulau ini mengalami catatan perang cukup panjang karena banyak yang ingin mendudukinya. Pada tahun 1800, armada laut Britania Raya melakukan penyerangan terhadap pulau tersebut, dan direbut kembali oleh Belanda tahun 1803.

Tahun 1806, Britania Raya kembali menyerang dan menghancurkan tempat tersebut sampai ke Pulau Onrust. Peninggalan sisa -sisa peperangan tersebut adalah Benteng Martello.

Benteng dengan 3 lapis dinding pertahanan ini selesai dibangun pada tahun 1805. Benteng Martello, awalnya adalah bangunan pertahanan yang dibangun oleh Inggris di berbagai daerah jajahannya di seluruh dunia yang terinspirasi dari benteng Mortella di Corsica, Laut Tengah, yang dirancang oleh Giovan Giacomo Paleari Fratino.

Nama aslinya adalah Mortella seringkali salah diucapkan menjadi Martello (yang berarti “Palu” dalam bahasa Italia). Benteng yang saat ini masih berdiri merupakan sisa dari benteng aslinya yang lebih luas.

Sebagian besar benteng runtuh dan rusak karena gempa Jakarta pada tahun 1966 dan akibat letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, dimana letusan ini adalah salah satu letusan gunung api paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah, bahkan suara letusannya terdengar hingga pulau Bidadari dan juga Batavia.

Akibat berbagai kerusakan tersebut, pemerintah Hindia-Belanda telah membangun kembali pulau tersebut, termasuk membangun sarana dan prasarana asrama haji bagi masyarakat yang ingin pergi ke Mekah menggunakan kapal laut. Asrama haji yang dibangun pemerintah Hindia-Belanda berfungsi sampai dengan tahun 1933 sampai akhirnya kembali direbut oleh pemerintah Indonesia, dan sejak saat itu sampai tahun 1970 pulau ini tidak berpenghuni.

Awal tahun 1970-an, PT Seabreez Indonesia (anak usaha PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk) mengelola pulau ini untuk dijadikan sebagai resor wisata. Untuk menarik pengunjung, pulau ini berganti nama menjadi Pulau Bidadari.

Pemberian nama Pulau Bidadari pada tahun 1970 memberi pesan tersendiri karena pulau ini menyajikan keindahan alam dan juga sejarah yang panjang. Pulau seluas enam hektar tersebut menjadi obyek wisata dengan berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang bagi masyarakat yang ingin berlibur.

Pulau Bidadari masuk ke dalam Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pulau ini dapat diakses melalui Dermaga Marina Ancol dengan lama perjalanan menuju pulau ini selama 30 menit. Pulau Bidadari memiliki berbagai macam tipe kamar tidur yang siap memanjakan para wisatawan yang datang serta berbagai fasilitas lainnya yang memberikan kenyamanan selama tinggal di dalam pulau.

Sejak awal dibangun menjadi tempat wisata dan rehat sejenak tidak banyak perubahan yang dilakukan, sehingga banyak penginapan dan fasilitas yang kondisinya sudah tidak baik. Melihat kondisi tersebut sekaligus mengikuti perkembangan kebutuhan konsumen yang meningkat berwisata ke kepulauan seribu, maka sejak akhir 2017 dilakukan perombakan total di Pulau Bidadari.

photo
Disain kamar penginapan di Pulau Bidadari.

Mengusung konsep “The Soul of Batavia” kini Pulau Bidadari sedang melakukan pembenahan. Mulai dari penataan ulang penginapan serta embience, nantinya pulau resort ini kental dengan unsur budaya yang dipadukan dengan teknologi.

Infrastruktur yang mengimbangi kebutuhan dunia digital yang menjadi kebutuhan masyarakat terangkum dalam pulau ini. Unsur budaya yang akan diangkat nantinya melekat dengan budaya Jakarta yang kental dengan nuansa budaya betawi yang dipadu padankan dengan budaya yang mempengaruhi kebudayaan betawi.

“Dengan hadirnya nuansa baru di Pulau Bidadari kami berharap pengunjung dapat bernostalgia dengan kenangan Jakarta tempo dulu, namun tetap kekinian. Sehingga pengunjung bisa merasakan pengalaman yang baru dan berbeda berlibur di pulau ini. Direncanakan revitalisasi ini akan diselesaikan pada ulang tahun Jakarta yang ke 491 tahun ini,” ujar C Paul Tehusijarana, Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk.

Sebagai perwujudan memperkenalkan tampilan baru Pulau Bidadari, direncanakan akan dilakukan pencanangan Pulau Seribu sebagai pulau berbasis budaya dan digital akhir pekan ini (21/4) bersama Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Sandiaga Uno. Pencanangan ini sekaligus sebagai tonggak awal revitalisasi wisata Pulau Seribu sekaligus menyambut HUT Jakarta dan perhelatan Asian Games 2018 mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement