Sabtu 21 Apr 2018 10:58 WIB

Politikus PDIP Soal Cak Imin: Ya Namanya Juga Usaha

Muhaimin Iskandar telah mendeklarasikan diri sebagai cawapres Jokowi.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andri Saubani
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Masinton Pasaribu.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Masinton Pasaribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Masinton Pasaribu menanggapi gencarnya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menawarkan diri sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, Muhaimin telah mendeklarasikan posko 'Join' yakni Jokowi-Muhaimin.

"Ya namanya juga usaha, kalau belum terpilih ya terus saja usaha," ujar Masinton saat hadiri dalam acara diskusi bertajuk 'Politik Copras-Capres' di Menteng, Jakarta, Sabtu (21/4).

Masinton menilai, wajar upaya sejumlah tokoh untuk berupaya menjadi pendamping Jokowi. Hal ini karena menurutnya, Jokowi sebagai capres paling terkuat saat. ini.

Namun Masinton menegaskan, cawapres untuk Jokowi tidak akan diputuskan dalam waktu dekat. Sebab menurutnya, cawapres Jokowi akan dibahas oleh koalisi setelah Pilkada Serentak 2018 selesai.

"Kami sudah sepakat untuk konsentrasi ke pilkada serentak terlebih dahulu, setelah Pilkada baru kita bahas," ujar Masinton.

Menurut Masinton, saat ini poros koalisi Jokowi tengah fokus bekerja untuk merealisasikan janji dan program. Hal ini juga menurutnya nanti akan membantu kemenangan Jokowi di Pilpres.

Ia juga tidak khawatir dengan elektabilitas Jokowi yang menurut beberapa survei dinilai belum aman sebagai capres dari pejawat. "Terlepas dari itu, hingga saat ini presiden yang memenuhi syarat PT 20 persen ya baru satu Pak Jokowi, yang lain copras. ini tugas temen-temen yang lain. Bahkan yang mengkampanyekan ganti presiden belum punya presiden," ujar Masinton.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement