REPUBLIKA.CO.ID, THE HAGUE -- Tim Pencarian Fakta (FFM) dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengunjungi salah satu tempat di Kota Douma, Suriah pada Sabtu (21/4). OPWC mengumpulkan sampel untuk dianalisis sehubungan dengan adanya tuduhan penggunaan senjata kimia pada 7 April 2018.
OPCW akan mengevaluasi situasi dan mempertimbangkan langkah-langkah ke depannya. OPCW juga mempertimbangkan kemungkinan akan adanya kunjungan berikutnya ke Douma.
Sampel yang dikumpulkan dari Douma akan dibawa ke Laboratorium OPCW di Kota Rijswijk, Belanda untuk kemudian dikirim ke laboratorium.
Baca juga: Macron Telepon Sisi untuk Bahas Suriah
Situs resmi OPCW pada Sabtu (21/4) melaporkan, hasil analisis sampel dan informasi lain serta materi yang dikumpulkan oleh FFM OPWC akan disusun menjadi sebuah laporan. Setelah laporan tersusun akan diserahkan kepada negara-negara terkait untuk mendapatkan pertimbangan mereka.
Aljazirah pada Sabtu (21/4) melaporkan, perwakilan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah, Staffan de Mistura meminta dunia internasional menahan diri di Suriah. Ia mengatakan, tensi yang terjadi di negara tersebut harus segera diredakan.
De Mistura mengatakan, penyidik senjata kimia harus segera diperbolehkan melaksanakan tugas mereka di Douma, Suriah. Hal itu, harus dilakukan sesegera mungkin dan tanpa intervensi apapun.
Pemerintah Suriah telah menyangkal penggunaan senjata kimia. Di lain sisi, para ahli dari PBB dan OPCW telah menyebutkan ada empat serangan kimia yang dilakukan pemerintah selama perang sipil terjadi, termasuk serangan terhadap Kota Khan Sheikhoun yang dikuasai pemberontak pada April 2017 yang melibatkan agen saraf jenis Sarin.