REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Menjelang pertemuannya dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi, Korea Utara mengumumkan komitmen barunya. Korea Utara mengungkapkan tekadnya untuk segera menangguhkan uji coba nuklir dan uji coba rudal balistik antarbenua.
Tidak hanya itu, Korea Utara juga sesumbar akan menutup tempat uji coba nuklir secepatnya. Selanjutnya, Korea Utara akan memfokuskan perhatian negaranya pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan perdamaian di semenanjung Korea.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan, negaranya tidak perlu lagi melakukan uji coba nuklir atau rudal balistik antar benua. Kebijakan itu ditempuh karena Korea Utara telah pengembangan senjata yang dimaksud telah rampung.
Menurut Kantor Berita Resmi Korea (KCNA), Kim dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pekan depan. Kim lantas akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada akhir Mei atau awal Juni mendatang.
Pengembangan senjata nuklir, yang diprakarsai oleh sang kakek Kim II Sung, merupakan pilar legitimasi dan kekuasaan rezim Kim. Pembekuan uji coba tersebut dan komitmen untuk menutup tempat uji coba nuklir saja tidak akan mencukupi permintaan Washington, bahwa Pyongyang benar-benar membongkar semua senjata nuklir dan misilnya.
Di lain sisi, dengan mengumumkan langkah tersebut sebelum KTT berlangsung, para pakar mengatakan bahwa itu menunjukkan Kim serius tentang pembicaraan untuk melakukan denuklirisasi (penghapusan penggunaan senjata nuklir).
"Uji coba nuklir utara dari Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara) akan dibongkar untuk secara transparan menjamin penghentian uji nuklir," kata KCNA setelah Kim mengadakan sesi pleno Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa pada Jumat lalu, dilansir di Reuters (Ahad (22/4).
Situs Pyunggye-ri adalah satu-satunya situs uji coba nuklir Korea Utara yang diketahui. Enam uji coba bawah tanah dilakukan di sana, termasuk yang terakhir dan terbesar yang dilakukan pada September tahun lalu.