Ahad 22 Apr 2018 10:58 WIB

Maduro Pemimpin Pertama yang Kunjungi Presiden Baru Kuba

Kunjungan ini mengisyaratkan jalinan aliansi antara kedua negara.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Foto: Reuters
Presiden Venezuela Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menjadi pemimpin asing pertama yang bertemu dengan presiden baru Kuba Miguel Diaz-Canel, Sabtu (22/4). Kunjungan ini mengisyaratkan jalinan aliansi antara kedua negara.

Diaz-Canel (58 tahun) dilantik pada Kamis (19/4) sebagai presiden Kuba untuk menggantikan Raul Castro (86). Transisi kekuasaan ini dirancang untuk melanjutkan sistem sosialis satu partai, salah satu yang terakhir di dunia.

Maduro terbang ke Havana pada hari berikutnya untuk memberikan ucapan selamat langsung. Mereka juga memetakan kerja sama lebih lanjut antara kedua negara yang telah menjadi sekutu strategis sejak 2000, setelah naiknya kekuasaan pemimpin sosialis Hugo Chavez di Venezuela.

"Kami datang untuk memperbarui harapan, untuk memperbarui mimpi dan ... di atas segalanya, untuk memvisualisasikan aliansi 10 tahun ke depan," kata Maduro kepada media pemerintah Kuba sesaat sebelum bertemu dengan Diaz-Canel di Istana Revolusi.

Venezuela, yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, menukar minyaknya dengan layanan medis dan teknis dari Kuba. Meski demikian, pertukaran ini telah menurun selama beberapa tahun terakhir, yang melukai perekonomian Kuba.

Media pemerintah Kuba juga melaporkan pada Sabtu (21/4), Presiden Rusia Vladimir Putin telah berbicara melalui telepon dengan Diaz-Canel. Ia juga berbicara dengan Castro yang akan tetap menjadi kepala Partai Komunis yang berkuasa hingga 2021.

Putin, yang telah mengawasi peningkatan perdagangan Rusia dengan Kuba selama beberapa tahun terakhir, menegaskan kesediaan Rusia untuk membantu negara itu memodernisasi ekonomi yang direncanakan secara terpusat.

Beberapa analis berpendapat, kemunduran perekonomian Kuba sebagian disebabkan oleh Presiden AS Donald Trump. Sikap Trump telah mendorong pulau itu untuk memperkuat perserikatannya dengan Rusia dan melawan kepentingan keamanan AS.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan pada Kamis (19/4), Pemerintahan AS tidak melihat adanya kebebasan lebih besar di Kuba di bawah kepemimpinan Diaz-Canel. Oleh karena itu, AS tidak ada rencana untuk memperlunak kebijakannya terhadap Pemerintah Kuba. Pemerintah Kuba dan Venezuela melihat diri mereka bersatu melawan apa yang sering mereka kecam sebagai imperialisme AS.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement