REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia telah berhasil menghentikan kabut asap lintas batas akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2017. Padahal jika menengok pada 2015, kabut asap yang melintas ke negara tetangga terjadi selama 20 hari, kemudian tahun 2016 menurun drastis hanya selama empat hari. Berikutnya, tahun 2017 bahkan sama sekali tidak terjadi.
Kabut asap lintas batas atau yang biasa disebut transboundary haze menjadi salah satu isu lingkungan yang penting bagi negara-negara di regional ASEAN. Hal itu mengemuka dalam acara Diskusi dan Konsultasi Publik di Palembang, Sumatra Selatan Rabu (18/04).
Dalam diskusi publik tersebut, Kepala Sub Direktorat Perencanaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Sumantri, menyampaikan sejauh ini KLHK terlibat aktif dalam sidang-sidang di lingkup regional ASEAN. Indonesia telah memperoleh capaian positif dalam pengendalian pengendalian karhutla dan perubahan iklim, khususnya mengenai kabut asap lintas batas.
“Dampak positif capaian Indonesia dalam pengendalian karhutla tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia, melainkan juga negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia”, ungkap Sumantri.
Sementara itu, Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL), Israr, menyampaikan bahwa upaya pemerintah dalam pencapaian lingkungan yang berkelanjutan khususnya mengenai kabut asap lintas batas ini. Utamanya di Sumatera Selatan sangat erat kaitannya dengan kesiapan upaya pencegahan karhutla guna menyukseskan pelaksanaan Asian Games 2018.
“Di Sumatra Selatan sekurangnya 733 desa teridentifikasi rawan karhutla. Untuk mengcover desa-desa ini kita akan melakukan patroli pencegahan karhutla. Secara teknis kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam menentukan sasaran-sasaran prioritas lokasi patroli terpadu yang akan dilaksanakan”, tambah Israr.
Dengan tema Tantangan dan Peluang Pencapaian Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan (Sustainable Environment) di Kawasan Asia Tenggara, acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri dan Pusat Studi ASEAN Universitas Sriwijaya ini, dilaksanakan sebagai implementasi dari Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (MSBA) 2025.
Tujuannya tidak lain, guna menunjang diplomasi Indonesia serta meningkatkan pemahaman masyarakat dalam rangka terwujudnya MSBA dalam konteks pencapaian lingkungan yang berkelanjutan. Sehari setelahnya, KLHK juga menyelenggarakan Seminar Konsultasi Publik dilaksanakan di SMAN 1 Palembang (19/04) dengan tema “Meningkatkan Pengetahuan Siswa/Siswi SMA akan Pentingnya Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup”.
Diharapkan Sumantri, acara tersebut dapat menjadi media penyebaran informasi yang lebih luas kepada masyarakat, tentang pentingnya menjaga wilayah Sumatera Selatan dari karhutla yang dapat mengakibatkan terjadinya kabut asap lintas batas.
"Terbebasnya wilayah Sumatera Selatan dari bencana kabut asap tentunya sangat mendukung suksesnya perhelatan Asian Games 2018 di Palembang. Lebih jauh lagi akan mendukung untuk mewujudkan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN 2025 sebagai bagian masyarakat ASEAN yang bermartabat. Citra positif itu akan mampu menjaga harga diri dan nama baik bangsa di mata dunia internasional," terang Sumantri.
Selain KLHK, turut hadir sebagai narasumber kegiatan ini, Kementerian Luar Negeri, Universitas Sriwijaya, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Acara ini dihadiri dari kalangan unsur Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, LSM setempat, pelajar Sekolah Menengah Atas, mahasiswa, dan pemangku kepentingan terkait.
Sementara pantauan Posko Pengendalian Karhutla KLHK pada Jumat, 20 April 2018, pukul 20.00 WIB, berdasarkan satelit NOAA-19 dan satelit TERRA-AQUA (NASA) menunjukkan tidak adanya hotspot di seluruh wilayah Indonesia.