REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) menghentikan siaran propaganda perbatasan dengan Korea Utara (Korut) pada Senin (23/4). Penghentian ini menjelang KTT antar-Korea pertama setelah hampir satu dekade.
Korut dan Korsel sedang dalam tahap akhir persiapan untuk pertemuan puncak antara pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-In. KTT diadakan di desa gencatan senjata perbatasan Panmunjom pada Jumat.
"Kami berharap keputusan ini akan membuat kedua Korea menghentikan kritik dan propaganda timbal balik terhadap satu sama lain dan juga berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dan permulaan baru," kata kementerian pertahanan Korsel terkait keputusan penghentian siaran itu.
Baca juga: Trump: Pertemuan dengan Korut Bisa Batal
Kementerian Pertahanan mengatakan siaran propaganda dihentikan pada tengah malam. Namun kementerian tidak menjelaskan apakah siaran akan kembali dilanjutkan setelah KTT Kim-Moon.
Ini adalah penghentian pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Sebelumnya Korsel menyiarkan berita, dan kritik terhadap rezim Korut.
Siaran pernah dihentikan pada pertengahan 2015 lalu. Namun propaganda kembali disiarkan pada Januari 2016 setelah uji coba nuklir keempat Korut. Pyongyang telah melakukan dua tes nuklir lagi sejak saat itu.
Korut juga memiliki propagandanya sendiri di perbatasan. Tetapi seorang pejabat kementerian pertahanan Korsel mengaku tidak dapat memverifikasi apakah Korut juga telah menghentikan siarannya. Pada Februari, Korut menurunkan propaganda perbatasannya setelah upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang Korsel.
Pembicaraan antar-Korea dan pertemuan yang direncanakan antara Kim dan Trump telah meningkatkan harapan akan berkurangnya ketegangan akibat program rudal dan nukli Korut. Pada Sabtu, Korut berjanji untuk menghentikan uji coba nuklir dan rudal dalam mengejar pertumbuhan ekonomi dan perdamaian.
Namun Trump mengaku ragu akan janji Korut tersebut. "Kami masih jauh dari kesimpulan tentang Korut, mungkin semuanya akan berjalan lancar, dan mungkin mereka tidak akan melakukannya - hanya waktu yang akan memberi tahu," kata Trump di Twitter.
Kendati Trump memiliki keraguan, namun janji Pyongyang ini telah membuat perusahaan Korsel mengalami keuntungan. Saham Good People dan Shinwon Corp, yang digunakan untuk mengoperasikan pabrik di kawasan industri Kaesong Korut dekat Zona Demiliterisasi masing-masing melonjak delapan dan 15 persen.
Cina, sekutu utama Korut juga menyambut baik rencana Korut. Surat kabar berbahasa Inggris resmi dari pemerintah Cina, The China Daily mengatakan janji itu menyampaikan pesan bahwa Kim akan duduk untuk berunding sebagai pemimpin kekuatan nuklir yang sah.
"Negosiasi tentang pelucutan senjata nuklir yang sebenarnya mungkin akan terbukti sulit karena senjata semacam itu sangat penting bagi rasa keamanan Pyongyang. Itu akan membutuhkan jaminan keamanan yang ketat jika ingin melepaskannya," tulis editorial media tersebut.
Sementara itu, The Global Times mengatakan semua pihak harus menghargai setiap usaha untuk upaya menuju perdamaian dan denuklirisasi. "Washington seharusnya tidak menganggap Korut menghentikan uji coba nuklir dan rudal sebagai akibat dari tekanan maksimumnya," tulis The Global Times.
Menurut The Global Times ini harus dikaitkan dengan beberapa faktor. Salah satunya bahwa Pyongyang telah menguasai teknologi nuklir canggih dan berhasil meluncurkan rudal balistik antarbenua dengan jangkauan lebih dari 10 ribu km.