REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Isu seputar aktifitas Rusia di Surian dan Ukraina kembali sorotan dalam pertemuan negara-negara anggota G-7. Tak hanya Rusia, pertemuan tersebut juga akan membahas pengaruh Iran di Timur Tengah.
"G-7 sepakat untuk melawan tindakan merugikan Rusia dan kami meminta tanggung jawab atas upaya mereka dalam merusak stabilisasi negara," kata salah seorang perwakilan diplomat AS dalam pertemuan tersebut seperti dikutip Washington Post, Senin (23/4).
Baca juga, Rusia dan Iran Didesak Cari Solusi untuk Krisis Suriah
Negara anggota G-7 juga sepakat untuk mengecam penggunaan racun terhadap mantan agen mata-mata Rusia di Inggris. Mereka juga menyatakan dukungan kuat untuk terhadap serangan udara yang dilakukan sekutu di Suriah.
Mereka menilai campur tangan Rusia dalam konflik Suriah telah mengubah perang sipil di negara tersebut menguntungkan Presiden Bashar al-Assad. Rusia diketahui merupakan sekutu dekat Assad dalam konflik berkepanjangan di negara itu.
Pertemuan yang diadakan di Toronto itu akan berlangsung selama dua hari. Anggota negara G-7 adalah Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat (AS). Keanggotakan Rusia dalam organisasi itu telah dibekukan menyusul pencaplokan daerah yang mereka lakukan terhadap Krimea pada 2014 lalu.
Pertemuan di Toronto merupakan diskusi perdana antara AS, Inggris dan Pracis setelah melakukan serangan ke Suriah. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, AS dan sekutunya harus melanjutkan peran mereka di Suriah untuk bebrapa waktu.
Macron mengatakan, kepergian sekutu setelah rampung berperang melawan ISIS secara tidak langsung akan memberikan kawasan kepada Iran secara politik. Dia menilai, Iran bersama al-Assad dan sekutunya akan memulai perang baru di kawasan.
"Mereka akan melahirkan gelombang terorisme baru," kata Emmanuel Macron saat berkunjung ke Washington.
Tak hanya membahas Rusia dan Iran, pertemuan juga akan dimanfaatkan untuk mendiskusikan perjanjian nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Mereka juga akan membahas lebih lanjut terkait pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un yang rencananya akan dilakukan pada akhir Mei atau awal Juni nanti.