Senin 23 Apr 2018 16:54 WIB

Umat Islam Dapat Berkah dari Perdamaian di Burundi

Pemerintah Burundi mengakui hari-hari besar Islam.

Muslim Burundi
Foto: Worldbulletin.net
Muslim Burundi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rekonsiliasi secara permanen di Burundi  baru menemukan titik terang pada pertengahan tahun 2000. Perdamaian antara kelompok-kelompok yang bertikai dimediasi oleh Afrika Selatan. Masyarakat Burundi pun berharap suasana damai bisa terwujud secepatnya.

Mereka berharap bangkit membangun negara dan memperbaiki sendi kehidupan masyarakat setelah porak poranda. Mereka ingin hidup sejahtera, keluar dari predikat sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Membina toleransi dan kerukunan antaretnis, suku, serta agama, kini menjadi fokus utama.

Pemerintah belajar dari kesalahan. Usai pemilihan presiden bulan Agustus 2005, yang dimenangkan Pierre Nkurunziza, tokoh dari etnis Hutu, sejumlah program rekonsiliasi disiapkan. Tujuannya untuk mengantisipasi timbulnya benih-benih perpecahan di tingkat komunal.

Secara praksis, pemerintah ingin menghilangkan diskriminasi. Nantinya, semua kelompok memiliki kedudukan yang sama, kesempatan yang sama untuk berkiprah di berbagai bidang. Tekad ini kemudian dituangkan dalam konstitusi negara.

Komunitas Muslim turut mendapatkan berkah. Rasa syukur terbesar berupa pengakuan terhadap Hari Raya Idul Fitri. Pada 2005, Pemerintah Burundi menetapkan Idul Fitri sebagai hari libur nasional dan segera disambut penuh haru oleh segenap umat.

Inilah untuk kali pertama masyarakat Muslim Burundi dapat merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan khusyuk. Mereka bisa melaksanakan kegiatan keagamaan di hari penuh berkah tanpa perlu khawatir mendapatkan gangguan ataupun hambatan.

Ribuan umat dari berbagai wilayah pun hadir ketika berlangsung pelaksanaan shalat Ied di lapangan terbuka di ibu kota Bujumbura. Umat tak ingin melewatkan kesempatan menjadi bagian dari jamaah shalat Ied. Ekspresi kegembiraan tak henti diperlihatkan. Doa pun senantiasa dipanjatkan atas karunia Allah SWT ini.

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement