REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Risalah Nur merupakan karya monumental dari Bediuzzaman Said Nursi, ulama agung dari Turki. Tafsir Alquran setebal lebih dari enam ribu halaman itu ditulis Said Nursi selama dalam masa pengasingan.
Risalah Nur, fokus membahas keberadaan dan keesaan Allah SWT, hari kebangkitan, kenabian, kitab-kitab suci termasuk Alquran, alam gaib, takdir, kehendak manusia, peribadatan, keadilan dalam kehidupan manusia, dan tempat serta tugas manusia di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah.
Sesungguhnya, Risalah Nur merupakan satu dalil yang berkemilau bagi Alquran dan juga sebagai tafsir yang berharga. Dia merupakan sinar yang cemerlang dari kecemerlangan Alquran dan juga tetesan air dari lautan. Dia sebagai pantulan cahaya matahari serta satu kebenaran yang dipancarkan dari tumpukan ilmu haqiqah dan menerapkan pula terjemahan maknawi yang memancar dan melimpah, tutur Said Nursi tentang kitab yang ditulisnya.
Risalah Nur memang berbeda dengan kitab-kitab tafsir lainnya. Namun, tetap dikategorikan sebagai tafsir Alquran. Risalah Nur, menurut Said Nur, merupakan tafsir bagi makna yang termaktub dalam Alquran. Risalah Nur bukanlah bagian dari tarekat ahli sufi, tetapi ia adalah bagian dari ilmu hakikat.
Kandungan kitab itu bak sinar yang memancar dari ayat-ayat Alquran yang tidak diadopsi dari ilmu-ilmu ketimuran atau pula dari kesenian Barat. Dia tidak lain merupakan mukjizat dari kandungan Alquran yang khusus untuk masa kini.
Risalah Nur adalah kitab tafsir ma’ani (maknawi) bagian Alquran yang mengungkap persoalan-persoalan yang mendasar dalam kehidupan seseorang. Kitab itu mengungkap arti tauhid dengan dalil-dalil yang beragam serta hakikat akhirat, kebenaran kenabian, keadilan syariat, dan lain-lainnya yang terkandung dalam kitab suci Alquran.
Kitab itu pun membahas kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Selain itu, membahas kerinduan kepada akhirat dan juga menguraikan urusan-urusan kemasyarakatan dan politik yang beraneka ragam.
Sesungguhnya, kitab Risalah Nur mencakup lebih dari 100 rahasia agama, syariat, dan Alquranul Karim. Kemudian, diuraikan dan dijabarkan dengan luas sekaligus membantah pendapat orang-orang kafir. Maka, jadilah ia seumpama matahari yang bersinar dan sulit dijangkau akal pikiran, seperti kebenaran peristiwa Isra’ dan Mi’raj dan hari kebangkitan manusia menurut paham para pembangkang dari kelompok filsuf dan zindiq (anti-Tuhan), papar Said Nursi.
Menurut Risalah Nur, alam dan sekitarnya mempunyai keterkaitan satu dan lainnya. Kitab itu menegaskan kebenaran Alquran yang dibutuhkan manusia pada masa kini dan akan datang.
Risalah Nur dan penerbitannya merupakan sesuatu yang sangat istimewa dalam sejarah dakwah Islam modern. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa risalah Said Nursi tidak banyak yang ditulis secara langsung oleh dirinya. Kebanyakan dari risalah-risalah itu selalu didiktekan kepada sebagian para muridnya. Kemudian, naskah asli dari risalah-risalah tersebut beredar dan tersimpan di antara mereka yang selama ini bertugas menyalin dan mencatatnya.
Selanjutnya, seluruh naskah tersebut diserahkan kepada Said Nursi untuk dikoreksi ulang satu per satu. Ia hanya menjadikan Alquran sebagai satu-satunya sumber rujukan. Selain berhasil menulis Risalah Nur, Said Nursi pun berhasil menulis sejumlah karya lainnya, antara lain al-Kalimat, al-Lama’at, al-Maktubat, asy-Syuaat, al-Ayatul Kubra (Tanda-tanda Kebesaran Allah pada Alam Semesta), Iman Kunci Kesempurnaan Risalah Ramadhan Risalah Bala (Hikmah-hikmah di Balik Penyakit dan Musibah), serta Mengokohkan Akidah Menggairahkan Ibadah.