REPUBLIKA.CO.ID, DENHAAG -- Mantan pemimpin Serbia Bosnia Radovan Karadzic akan masuk ke ruang sidang lagi pada Senin (23/4). Dalam persidangan kali ini ia melawan vonis atas tuduhan pemunahan dan hukuman penjara 40 tahun di hadapan hakim banding Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Karadzic dijatuhi hukuman pada 2016 karena beberapa kejahatan perang terburuk ketika Yugoslavia pecah, termasuk pembantaian Srebrenica pada 1995.
Kini, pada usianya ke-72 tahun, Karadzic dinyatakan bersalah atas 10 tuduhan pemunahan, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam gerakan keji pembersihan suku di Bosnia, yang ia awasi sebagai presiden Republik Serbia Bosnia, yang memisahkan diri.
Dia mengajukan 50 alasan banding dalam upaya membatalkan vonis dan hukumannya itu. Ia juga bertindak sebagai pengacaranya, dengan bantuan penasihat hukum, dan meminta seluruh putusan dibalik dan memerintahkan "pengadilan baru dan adil".
Vonisnya ditangani oleh para hakim Amerika Serikat di Pengadilan Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY), yang mengatakan dia "di puncak kekuasaan" hirarki militer dan politik Serbia Bosnia ketika kekejaman dilakukan oleh pasukannya.
Itu adalah putusan besar terakhir di ICTY, yang ditutup pada akhir 2017. Sidang banding selama dua hari akan diadakan di Mekanisme Residual Internasional untuk Pengadilan Pidana (MICT), yang menangani kasus-kasus kejahatan perang PBB yang luar biasa untuk Balkan dan Rwanda.
Setelah Karadzic mengajukan banding pada hari Senin, jaksa akan berbicara pada hari Selasa. Putusan diharapkan didapatkan pada akhir tahun. Jaksa akan mengajukan banding atas pembebasan Karadzic pada hitungan kedua genosida di berbagai kota di Bosnia selama perang tahun 1990-an. Mereka mengejar penjatuhan hukuman seumur hidup.
Dalam putusan mereka, hakim mengatakan pengepungan 44 bulan terhadap Sarajevo tidak mungkin terjadi tanpa Karadzic; bahwa ia melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam upaya membersihkan Muslim dan Kroasia dari berbagai belahan Bosnia; serta bahwa dia bermaksud menyingkirkan laki-laki Muslim Bosnia di kota Srebrenica.