Selasa 24 Apr 2018 10:57 WIB

Lima: Wacana Poros Baru untuk Menaikkan Daya Tawar Demokrat

Menurut Ray Rangkuti secara realistis sudah tidak memungkinkan bentuk poros baru.

Rep: Ali Mansur/ Red: Bayu Hermawan
Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti menyampaikan pendapatnya dalam diskusi di Kantor PARA Syndicate, Jakarta, Jumat (26/1).
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti menyampaikan pendapatnya dalam diskusi di Kantor PARA Syndicate, Jakarta, Jumat (26/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai wacana pembentukan poros baru yang diembuskan oleh Partai Demokrat hanya untuk menaikkan daya tawar. Sebab, menurut dia, jika dilihat secara realistis, sudah tidak memungkinkan untuk membentuk poros ketiga pada pemilihan presiden (pilpres) 2019 mendatang.

"Saya melihatnya ini adalah cara Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) untuk menaikkan daya tawar atau bargain. Sekarang ini kelihatan PKB punya kecenderungan untuk masuk ke kubu Joko Widodo dan PAN lebih condong ke Prabowo. Jadi, hampir mustahil ada poros ketiga," ujarnya saat dihubungi, Selasa (24/4).

Selain itu, dari sisi calon yang diusung Partai Demokrat di pilpres, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ray menilai, tentu parpol akan berhitung peluang mereka menang di pilpres 2019. "Seperti PKB daripada tidak menang, ke sana kemari tidak menang, tentu lebih memilih bergabung ke kubu Joko Widodo. Oleh karena itu, saya melihat tetap digaungkan, tapi dalam rangka untuk tawar-menawar," katanya menambahkan.

Sementara itu, PAN, lanjut Rangkuti, yang juga kerap menggaungkan poros alternatif, juga masih di antara Prabowo dan Joko Widodo, tetapi tidak dalam rangka membentuk poros ketiga. Apakah mereka akan tetap dengan Prabowo seperti yang diarahkan oleh Amin Rais atau atau mereka yang lebih realistis ikut dengan Joko Widodo?

"Apalagi kalau dilihat dari perolehan Partai PAN sedang merosot, kalah pula di pilpres, dan memang mereka tidak dapat apa-apa. Jadi, mungkin lebih baik bergabung dengan kubu Jokowi," kata Ray.

Selanjutnya, kalaupun perolehan suara PAN merosot nantinya, setidaknya masih mengikuti kekuasaan. Itu dengan asumsi jika Joko Widodo mempunyai kans yang cukup untuk menang.

Diketahui, dalam safari politik Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke wilayah Banten, Presiden Keenam RI itu mengatakan bahwa akan ada pemimpin baru di pilpres 2019 mendatang. Namun, SBY tidak memerinci detail sosok pemimpin baru tersebut. Dia hanya mengatakan akan memasangkan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang mengerti keinginan rakyat.

"Saya akan pasangkan nanti, capres-cawapres yang mengerti keinginan rakyat. Insya Allah nanti ada pemimpin baru yang amanah, cerdas, dan memikirkan rakyat banyak," ujar SBY.

Seperti diketahui, di antara parpol-parpol yang bisa ikut mengusung capres-cawapres pada pilpres mendatang, hanya tersisa Partai Demokrat dan PAN yang belum memberikan sikap resmi akan mendukung siapa di pilpres. Sementara itu, sisanya sudah menyatakan sikap mendukung Jokowi atau Prabowo di pilpres mendatang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement