REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembentukan poros ketiga pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 adalah hal yang mungkin, tapi terbilang sulit. Sebab, menurut pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Adi Prayitno, PKS sudah memantapkan hati dengan Gerindra. Artinya, satu partai politik untuk membuat poros telah hilang.
Komitmen antara PKS dan Gerindra salah satunya terlihat dari pertemuan antara Ketua Tim Pemenangan Pilpres Partai Gerindra Sandiaga Uno dan politikus PKS Ahmad Heryawan (Aher). "Seperti diketahui, Aher merupakan salah satu calon yang diajukan PKS kepada Gerindra untuk menjadi cawapres pada Pemilu 2019," tutur Adi ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (24/4).
Setelah PKS memantapkan hati ke Gerindra, sisa partai yang masih belum memberikan keputusan adalah Demokrat, PAN dan PKB. Pembentukan poros ketiga semakin sulit mengingat PKB dan Demokrat baru saja 'perang udara' melalui usulan Lukman Edy untuk memajukan jadwal pendaftaran capres menjadi 3 Agustus.
Batas akhir tersebut menutup kemungkinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk maju sebagai capres dari Demokrat karena usianya yang masih belum genap 40 tahun. Sebelumnya, Lukman juga pernah menyebutkan bahwa sosok AHY belum memenuhi kriteria sebagai capres.
"Pernyataan Lukman Edy membuat poros ketiga semakin terkesan tidak mungkin," ucap Adi yang menjabat sebagai direktur eksekutif Parameter Politik Indonesia itu.
Sebelumnya, isu poros ketiga kembali mencuat ketika Presiden PKS Sohibul Iman bertemu dengan dengan Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan di DPP PKS pada Selasa (17/4). Pertemuan tersebut membahas kemungkinan munculnya poros ketiga.
Isu semakin kencang ketika Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi sinyal poros baru pada Pilpres 2019. Melalui keterangan tertulis pada Ahad (22/4), ia berjanji akan melahirkan seorang pemimpin baru yang amanah, cerdas dan memikirkan rakyat banyak.
Baca: Tanggapi SBY, Waketum PAN Dukung Poros Ketiga Pilpres 2019.