REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan antara Presiden PKS Sohibul Iman dan Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan di DPP PKS pada Selasa (17/4) menyiratkan banyak kemungkinan. Pengamat politik dari Universitas Indonesia Cecep Hidayat melihatnya sebagai gerakan PKS untuk menekan Prabowo Subianto dan Gerindra agar cepat menetapkan cawapres dari PKS.
Sejak beberapa bulan lalu, PKS sudah menyerahkan sembilan nama kadernya kepada Gerindra untuk dipilih sebagai cawapres. Namun, sampai saat ini,Gerindra belum membuat keputusan.
"Bisa jadi pertemuan kemarin sebagai gertakan kepada Prabowo maupun Gerindra," tutur Cecep ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (24/4).
Akan tetapi, PKS tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Gerindra. Masing-masing partai politik kini tengah membuat pertimbangan untuk menentukan langkah menuju pilpres 2019. Di sisi lain, Prabowo belum menentukan apakah akan maju sebagai capres atau menjadi king maker yang bekerja di balik layar.
Kemungkinan lain yang terjadi dalam pertemuan pekan lalu adalah keinginan Demokrat mengamankan posisi cawapres untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). "Jadi, sekarang semua partai seperti tengah meminta bagian atau jatah dan saling tag jabatan untuk pilpres 2019," ucap Cecep.
Cecep melihat perkembangan menuju pilpres 2019 akan terus berjalan dan mengalami perubahan. Berbagai kemungkinan bisa terjadi sebab kehidupan politik di Indonesia terbilang dinamis. Namun, menurut dia, kepastian capres dan cawapres dari tiap poros baru akan diajukan pada detik-detik terakhir pendaftaran nama pada Agustus.
Isu poros ketiga kembali menguat ketika Presiden PKS Sohibul Iman bertemu dengan Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan di DPP PKS pada Selasa (17/4). Isu makin kencang ketika Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi sinyal poros baru pada pilpres 2019.
Baa: Demokrat tak Bantah AHY Disiapkan Jadi Pemimpin Poros Ketiga.