REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Uni Emirat Arab dan Irak meluncurkan sebuah upaya bersama untuk merekonstruksi Masjid Agung Al-Nuri dan menara miringnya yang merupakan ikon di Mosul, Irak, pada Senin (23/4). Masjid tersebut rusak selama pertempuran tahun lalu saat pemerintah berupaya merebut kembali kota Mosul dari kepungan militan.
Dalam acara yang berlangsung di Museum Nasional Baghdad, Menteri Kebudayaan UEA Noura Al Kaabi mengatakan, negaranya akan mendonasikan dana sebesar 50,4 juta dolar untuk pekerjaan rekonstruksi tersebut. "Proyek lima tahun bukan hanya tentang membangun kembali masjid, menara dan infrastruktur, tapi juga tentang memberi harapan kepada pemuda Irak. Peradaban kuno-milenia harus dilestarikan," kata Al-Kaabi, dilansir di Arab News, Selasa (24/4).
Al-Kaabi menyerukan kepada komunitas internasional untuk bersatu melindungi situs warisan universal. Terutama di wilayah Arab yang mengalami konflik. Kesepakatan itu ditandatangani oleh Kaabi dan rekannya dari Irak, Faryad Rawanduzi, di hadapan perwakilan UNESCO di Irak, Louise Haxthausen. Pada kesempatan itu, Haxthausen mengatakan, itu adalah proyek simbolik yang sangat ambisius untuk kebangkitan Mosul dan Irak.
"Pekerjaan telah dimulai, situs ini sekarang terlindungi. Pertama kita harus membersihkan tempat tersebut, menghilangkan reruntuhan dan dokumen, sebelum kita dapat mulai merekonstruksi masjid dan menara masjidnya," kata Haxthausen.
Masjid yang dibangun di abad ke-12 tersebut terkenal dengan menara miringnya. Sehingga, masjid itu dijuluki "si Bungkuk" atau Al-Habda oleh penduduk setempat. Namun, masjid tersebut dihancurkan pada Juni 2017.
Militer Irak menuduh militan Daesh menghancurkannya dengan bahan peledak, ketika pasukan Irak berusaha merebut kembali lahan di kota tersebut. Pada 2014, di masjid ini "khalifah" yang diproklamasikan oleh Daesh, Abu Bakr Al-Baghdadi, membuat satu-satunya penampilan publik sebagai pemimpin. Namun, keberadaannya masih belum diketahui.
Masjid Al-Nuri dinamai dari nama Nureddine Al-Zinki, yang pernah berkuasa atas Aleppo dan Mosul. Ia memerintahkan pembangunan masjid tersebut pada 1172. Al-Habda, yang mempertahankan struktur yang sama selama sembilan abad lamanya, adalah salah satu dari sisa-sisa konstruksi aslinya.
Dihiasi dengan desain batu bata geometris, menara itu sejak lama menjadi simbol kota Mosul. Menara masjid Al-Nuri dicetak pada uang kertas 10 ribu dinar Irak sebelum itu menjadi simbol pemerintahan Daesh, ketika militan menancapkan bendera hitam mereka di puncak menara setinggi 45 meter tersebut.
"Ini adalah kemitraan bersejarah, kerja sama terbesar dan belum pernah terjadi sebelumnya untuk membangun kembali warisan budaya di Irak," kata ketua UNESCO, Audrey Azoulay, dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan, tahun pertama rekonstruksi akan fokus pada pendokumentasian dan pembersihan lokasi. Sementara empat tahun berikutnya akan fokus pada restorasi (pemulihan) dan rekonstruksi (pembangunan kembali) dari masjid, menara masjidnya serta taman bersejarah dan ruang terbuka di kota tersebut.