Rabu 25 Apr 2018 11:05 WIB

Pemerintah India Disebut Membiarkan Pemerkosaan Merajalela

Tulisan di The Guardian menyebut kekerasan terhadap perempuan mewabah di India.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Aksi unjuk rasa terhadap maraknya aksi pemerkosaan di India
Foto: wonderslist.com
Aksi unjuk rasa terhadap maraknya aksi pemerkosaan di India

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tulisan tentang 'budaya pemerkosaan' di India yang ditulis aktivis dan penulis Inggris telah menyebar viral. Tulisan yang dimuat The Guardian itu menyebut pemerintah India telah membiarkan pemerkosaan merajalela.

"Budaya pemerkosaan di bawah pemerintahan Narendra Modi dirayakan oleh para menteri dan aktivis yang tergabung dalam partai ekstremis Bharatiya Janata (BJP) dan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS)," katanya.

Penulis artikel, Amrit Wilson, adalah seorang pengamat tentang ras dan Asia Selatan yang merupakan salah satu pemimpin Grup Solidaritas Asia Selatan di Inggris. Ia menulis untuk The Guardian ketika Modi tiba di Inggris dalam agenda menghadiri KTT Persemakmuran.

Artikel itu merujuk pada kejahatan terhadap wanita di India, termasuk dua pemerkosaan brutal di Kathua di Indian Held Jammu dan Kashmir (IHK) dan Unnao di Uttar Pradesh. Kasus pemerkosaan itu telah mengguncang India. Modi bahkan disambut ribuan demonstran di London yang mengutuk pemerintahnya karena tidak melakukan apa pun terkait hal ini.

Artikel oleh Amrit Wilson mengatakan insiden pemerkosaan itu adalah bagian dari kekerasan terhadap perempuan yang telah mewabah di India. Menurutnya, kondisi ini telah dimanfaatkan bahkan direncanakan untuk meneror komunitas Muslim Bakarwal. Pemerintah Modi disebut-sebut ingin mengusir mereka keluar dari wilayah tersebut.

"Upaya mengajukan lembar tuduhan terhadap terdakwa di pengadilan setempat diikuti oleh protes," katanya.

Dua menteri BJP menghadiri unjuk rasa dan mendesak massa menunda penuntutan terhadap terdakwa. Guardian mengingatkan pada kasus di Unnao. Anggota dewan legislatif UP dari UPH ditangkap atas tuduhan memperkosa seorang gadis berusia 16 tahun. Tetapi ketika keluarga korban pemerkosaan memprotes, ayahnya secara brutal dipukuli pendukung anggota dewan yang dituduh dan dia meninggal di tahanan setelah ditangkap.

Amrit Wilson mengatakan serangan terhadap perempuan selalu terjadi di India dan di tempat lain. Tetapi fenomena baru telah muncul di bawah kekuasaan Modi.

"Tidak hanya budaya pemerkosaan yang tersebar luas, tapi ini juga dirayakan dan dipromosikan para pelaku. Ini hal baru," katanya.

Amrit Wilson mengatakan dia menulis di The Guardian untuk memberi tahu dunia BJP adalah partai fasis. Dia mengatakan para pendiri dan ideolog dari BJP seperti Madhav Sadashiv Golwalkar dan Vinayak Damodar Savarkar memuji Hitler dan kebijakannya.

Menurut Amrit, Savarkar pernah mengatakan perempuan Muslim harus diperkosa. "Jika tulisan dan pemikiran semacam itu merupakan bagian dari BJP dan RSS, maka Anda dapat membayangkan apa yang terjadi," katanya.

Modi adalah anggota RSS sejak usia muda. Dia adalah anggota RSS seumur hidup. Savarkar adalah ideologinya dan Golwalkar adalah pendirinya. Sebuah pertemuan terjadi sekitar dua tahun lalu saat seorang pemimpi BJP mengatakan perempuan Muslim harus diperkosa.

Ia bahkan mengatakan seorang perempuan Muslim yang meninggal dan dikuburkan harus ditarik keluar dari kuburan dan diperkosa. Yogi Adityanath memimpin pertemuan itu dan tetap diam.

Wilson mengatakan setiap orang harus memahami orang-orang ini "fasis" dan kebijakan mereka telah mendapatkan popularitas sejak penghancuran Masjid Babri. "BJP telah meningkat sejak saat itu. Ia telah berubah menjadi partai yang neo-liberal, baik dengan bisnis besar, baik dengan perusahaan besar, tetapi bercokol di Hindutva," katanya.

Popularitas partai ini sudah naik. BJP dinilai sebagai sebuah partai modern dari luar, tetapi modernismenya terkait dengan fasisme. Menurut Amrit, itu adalah dikotomi dan politik baru. Ia menegaskan brigade kebencian Hindutva adalah konstituensi utama BJP dan kepemimpinan BJP bergantung pada konstituensi ini untuk politik komunalisme dan kebenciannya.

Namun kini, ia mengatakan popularitas Modi telah turun dan ada agitasi hampir setiap hari di India. Orang-orang di India menginginkan perubahan dan tidak senang dengan pemerintah Modi.

"Jika pemilihan yang bebas dan adil diadakan hari ini, Modi akan kalah," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement