REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bulan Sya'ban harusnya menjadi momentum persiapan menghadapi Ramadhan. Rasulullah SAW lebih banyak melakukan puasa sunnah di bulan Sya'ban, sebagaimana yang dirwayatkan oleh istri beliau, Siti Aisyah ra. Hal ini tiada lain untuk mempersiapkan diri berpuasa di bulan Ramadhan.
Hal itu diungkapkan oleh Ustaz Dr Habib Abdurrahman Al Habsyi Lc, MA, saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (20/4).
Abdurrahman Al Habsyi menyebutkan alkisah, ada seorang ulama salaf yang menutup tokonya sejak masuk Sya'ban sampai akhir Ramadhan. Ia baru membuka kembali tokonya di bulan Syawal. Hal ini dilakukanya lihtiromi Ramadhan, untuk memuliakan Ramadhan.
Sahabatnya bertanya, “Ya Syaikh, apa engkau tidak takut rugi dan bagaimana engkau membayar pekerjamu?” Ulama itu menjawab, “Dengan hal ini Allah telah mengkaruniaiku penghasilan selama 14 bulan.” Jadi, ulama itu berdagang 10 bulan, Allah cukupkan hasilnya untuk 14 bulan. “Hal ini tiada lain karena ia memuliakan Ramadhan,” ujarnya.
Ramadhan memang bulan yang penuh keberkahan. Keberkahannya tidak hanya dirasakan oleh orang Muslim saja. Orang non-Islam pun merasakannya. Abdurrahman mencontohkan, di tempat tinggalnya, ketika Ramadhan tiba, banyak orang Tionghoa yang berjualan takjil untuk berbuka.