REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Tim 11 Ulama Persaudaraan Alumni (PA) 212 Muhammad Al Khaththath mengaku terkejut pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Ahad (23/4) lalu bocor ke media. Dia pun menuding ada pihak ketiga yang sengaja membocorkan pertemuan tertutup antara ulama Alumni 212 dan Jokowi di Istana Bogor itu.
"Siapa yang membuka ke media ini? Pastinya pihak ketiga,” kata dia saat menggelar Konferensi Pers di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (25/4).
Dalam pertemuan tersebut, Al Khaththath mengatakan, pihak keamanan presiden meminta semua perangkat komunikasi, termasuk telepon selular, untuk diamankan. "Jadi bukan kami yang minta tertutup," kata dia.
Al Khaththath mengungkapkan sebenarnya Ulama Alumni 212 tidak mempersoalkan pertemuan dengan presiden ini apakah terbuka atau tertutup. Karena sejak awal, dia mengatakan, presiden yang mengundang ulama 212 ke istana.
Karena itu, Al Khaththath menyesalkan beredarnya foto pertemuan tersebut di media massa. Menurut dia, hal tersebut karena ada pihak yang ingin mengadu domba antara Jokowi dan ulama serta umat Islam.
"Kami meminta istana mengusut tuntas bocornya foto dan berita tersebut sebagai kelalaian aparat istana yang tidak bisa meniaga rahasia Negara," kata Al Khaththath.
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Muhammad Martak mengatakan dalam pertemuan itu, alumni gerakan 212 mendapat undangan dari presiden. Ketika tiba di Istana Bogor, semua telepon seluler tidak diperkenankan masuk ke ruang pertemuan.
“Bahkan fotografer istana diminta untuk tidak mengambil gambar saat itu. Artinya secara tidak tersirat kesepakatan pertemuan tertutup, tidak ada dokumentasi foto dan rekaman," kata dia.