REPUBLIKA.CO.ID, TIJUANA - Puluhan migran Amerika Tengah tiba dengan bus di Kota Tijuana di perbatasan Amerika Serikat (AS) dan Meksiko, pada Selasa (24/4) malam. Mereka tetap menyeberangi Meksiko meski ada peringatan bahwa upaya mereka akan sia-sia untuk mencoba mencari suaka di AS.
Presiden AS Donald Trump telah memerintahkan para pejabat imigrasi untuk mengusir mereka. Para migran itu terdampar di jalan-jalan sambil menatap ke arah San Diego di Kalifornia selatan.
Baca juga, Pembunuhan Tokoh Politik Guncang Meksiko Menjelang Pemilu
Mereka terlihat lelah setelah memulai perjalanan sekitar sebulan lalu dari dekat perbatasan Meksiko dan Guatemala. Empat bus lain sedang menuju ke Tijuana, setelah sempat tertahan di Hermosillo, sebuah kota yang terletak sejauh 432 mil dari perbatasan, selama berhari-hari.
Banyak yang memutuskan untuk meninggalkan rumah mereka di Guatemala, El Salvador, dan Honduras karena adanya ancaman mematikan atau penganiayaan politik. Mereka berpegang pada harapan untuk dapat menerima suaka dari AS.
Namun harapan mereka meredup setelah otoritas AS merilis pernyataan pada Senin (23/4) yang meminta mereka untuk mundur. Rodrigo Abeja, koordinator kelompok hak migran Pueblo Sin Fronteras, mengatakan para migran berencana untuk berkumpul sebelum membuat keputusan.
"Mereka akan menunggu semua orang yang mencari suaka untuk berkumpul bersama," kata Abeja. Salah satu kelompok migran telah menyerah dan memilih untuk tinggal di Meksiko, menunggu pemrosesan visa selama setahun oleh pihak imigrasi di Hermosillo.
Migran-migran itu banyak yang bepergian secara berkelompok demi keselamatan. Jumlah mereka turun menjadi sekitar 1.500 orang di bawah tekanan Trump yang mulai menyerang mereka melalui cicitan di Twitter pada awal April lalu.
Setelah muncul komentar Trump, pihak berwenang Meksiko menghentikan para migran di kota selatan dan mulai membagikan visa sementara yang memberi mereka status hukum untuk melakukan perjalanan ke perbatasan.