REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Ratusan warga Arab dan Malaysia berkumpul di Masjid Selayang untuk mengantarkan jenazah profesor Palestina, Fadi Mohammed al-Batsh, yang akan dipulangkan ke kampung halamannya di Jalur Gaza. Al-Batsh ditembak mati pada Sabtu (21/4) lalu di dekat rumahnya di Kuala Lumpur oleh dua pria bersenjata.
Kantor berita Anadolu melaporkan, para pelayat dari komunitas Arab di Malaysia dan warga Malaysia setempat ikut menshalatkan jenazah al-Batsh. Duta Besar Palestina untuk Malaysia Anwar al-Agha dan perwakilan Mufti Malaysia Zulkifli Mohamad juga hadir.
Pada Senin (23/4), polisi Malaysia menerbitkan dua sketsa para tersangka di balik pembunuhan al-Batsh. Mereka mengatakan, kedua tersangka itu bisa berasal dari Timur Tengah atau Eropa.
Dalam pernyataan sebelumnya, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan, Kementerian Dalam Negeri Malaysia telah mencurigai masuknya agen asing untuk melakukan misi tertentu. Mereka menggunakan paspor dari sebuah negara di Timur Tengah.
Keluarga al-Batsh menuduh agen mata-mata Israel, Mossad, telah membunuh pria itu. Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman telah membantah negaranya terlibat dalam pembunuhan tersebut. Malaysia diketahui tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Israel secara luas diyakini telah membunuh sejumlah aktivis perlawanan Palestina, banyak dari mereka berada di luar negeri. Pada 1997, agen Mossad dilaporkan mencoba membunuh kepala politik Hamas Khaled Meshaal di Yordania dengan menyemprotkan racun ke telinganya.
Mossad juga diyakini berada di balik pembunuhan komandan Hamas Mahmud al-Mabhuh di sebuah hotel Dubai pada 2010. Namun, Israel tidak pernah mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya dalam pembunuhan Mabhuh.
Baca juga: Polisi Pastikan Pembunuh Ilmuwan Palestina Masih di Malaysia