Kamis 26 Apr 2018 09:54 WIB

Warga Suriah Serbu Palang Merah Cari Kabar Keluarga

Palang Merah Internasional diserbu pertanyaan nasib 13 ribu korban konflik Suriah.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Tim Palang Merah (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Tim Palang Merah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dibanjiri dengan pertanyaan mengenai nasib dari 13 ribu korban konflik Suriah. Dalam enam bulan terakhir, banyak warga Suriah yang mencari anggota keluarga mereka yang hilang.

Presiden ICRC Peter Maurer mengatakan organisasinya mendapat ratusan pertanyaan. Dalam tiga atau empat tahun pertama konflik, ICRC menerima antara 30 hingga 50 permintaan penelusuran dalam sebulan.

Maurer mengatakan, pertanyaan mengenai orang yang hilang tidak hanya datang dari seluruh wilayah Suriah, tetapi juga dari negara-negara tetangga, Eropa, Amerika Serikat, dan seluruh dunia.

Maurer mengaku Palang Merah memiliki keberhasilan yang sangat terbatas sejauh ini dalam menyatukan kembali anggota keluarga. Angkanya hanya dalam puluhan, bukan dalam ribuan. "Jadi kami mengakui dan kami ingin meningkatkan kapasitas kami dalam melihat lebih banyak rincian untuk permintaan ini," kata Maurer.

Maurer menambahkan, beberapa warga yang hilang mungkin telah meninggal dunia. Beberapa lainnya mungkin di penjara dan melarikan diri. Palang Merah memiliki akses ke penjara di Suriah, tetapi hanya bisa masuk ke fasilitas penahanan resmi, yaitu penjara yang dikelola negara.

"Kami tidak memiliki akses ke fasilitas penahanan keamanan milik tentara dan dinas rahasia. Kami juga tidak memiliki akses pada saat ini untuk masuk ke fasilitas penahanan oposisi," ujarnya.

Dia mengatakan, masalah orang-orang Suriah yang hilang juga terkait dengan masalah orang asing yang pergi berperang di Suriah dan Irak bersama dengan kelompok-kelompok ekstremis, termasuk ISIS dan Alqaidah. Palang Merah telah dapat mengunjungi militan oposisi dari pasukan Kurdi di Suriah utara dan para militan oposisi di Irak serta keluarga mereka yang ditahan di kamp-kamp penahanan.

Organisasi itu juga bekerja dengan pemerintah dan kelompok non-pemerintah untuk memastikan standar internasional dalam mengidentifikasi jenazah. "Hari ini semua otoritas, pemerintah, dan lembaga non-pemerintah di Yaman, Suriah, Irak, semakin tertekan dari warga untuk membawa kembali anggota keluarga mereka yang hilang, atau untuk mengetahui tentang anggota keluarga mereka masing-masing," kata Maurer.

Masalah orang-orang Suriah yang hilang telah menjadi agenda pertemuan para pemimpin Rusia, Turki, dan Iran di resor Laut Hitam Rusia, Sochi, pada November. Ketiga negara itu telah bekerja sama untuk mempromosikan gencatan senjata lokal dan proses perdamaian di Suriah.

Dalam pernyataan bersama, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Iran Hassan Rouhani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menekankan perlunya semua pihak dalam konflik Suriah untuk membebaskan semua tahanan dan sandera, serta menyerahkan mayat, dan mencari mereka yang hilang. Ketiga pemimpin itu juga mendesak semua pihak untuk menciptakan kondisi gencatan senjata abadi dan peluncuran perundingan politik.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement