REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Prancis Emmanuel Macron memperkirakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menarik AS keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran (JCPOA). Namun, utusan non-proliferasi AS Christopher Ford mengatakan pada Rabu (25/4) bahwa AS tidak berupaya menegosiasikan kembali kesepakatan nuklir Iran.
Perkiraan Macron tersebut berdasarkan pernyataan Trump sebelumnya. Tetapi, dia menekankan tidak tahu apa yang akan diputuskan Trump pada 12 Mei mendatang.
"Saya tidak tahu apa keputusan Amerika, akan tetapi analisis rasional dari semua pernyataan Presiden Trump tidak membuat saya percaya bahwa dia akan melakukan segalanya untuk tetap di JCPOA," kata Macron pada konferensi pers.
Trump dan Macron berjanji pada Selasa (24/4) untuk mencari langkah-langkah yang lebih kuat untuk menahan Iran. Tetapi, Trump mengkaji ulang komitmen untuk tetap dalam kesepakatan nuklir 2015 dan mengancam Teheran dengan pembalasan jika memulai kembali program nuklirnya.
"Kami tidak bertujuan untuk menegosiasikan kembali JCPOA atau membukanya kembali atau mengubah ketentuannya," kata Ford kepada wartawan di sela-sela konferensi non-proliferasi nuklir di Jenewa.
"Kami sedang mengusahakan perjanjian tambahan yang akan ada beberapa lapisan di atasnya serangkaian aturan tambahan, pembatasan, syarat, parameter, apapun yang Anda ingin menyebutnya, yang membantu menjawab tantangan ini secara lebih efektif."
Beberapa diplomat telah menyatakan keprihatinan bahwa membuka kembali kesepakatan Iran dapat merusak rencana pembicaraan Trump dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Menurut, Trump pembicaraan tersebut bisa berlangsung pada Mei atau Juni.