Kamis 26 Apr 2018 15:22 WIB

OPCW Mulai Kumpulkan Sampel Terkait Serangan Gas di Douma

Perwakilan dari OPCW tiba di Suriah pada pekan kedua April

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
 Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah. Tetapi para ahli OPWC belum dapat mengunjungi tempat kejadian.
Foto: AP Photo/Bassem Mroue
Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah. Tetapi para ahli OPWC belum dapat mengunjungi tempat kejadian.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Tim pengawas senjata kimia global (OPCW) telah mencapai lokasi kedua di kota Suriah Douma, di mana serangan gas diduga terjadi pada awal April lalu. Dilansir Aljazirah, Kamis (26/4), OPCW mengatakan misi pencarian fakta telah mengumpulkan sampel dari lokasi yang tidak diidentifikasi.

Menurut OPWC sampel dan bahan lain yang dikumpulkan dari lokasi itu akan dibawa ke Den Haag, Belanda untuk pengujian dan analisis. "Sampel itu akan dikirim untuk analisis oleh laboratorium yang ditunjuk OPCW," kata pernyataan OPCW.

Pernyataan itu mengatakan tim pengawas akan melanjutkan misi pencarian fakta dengan melakukan wawancara bersama orang-orang yang relevan dan analisis sampel. Tim tidak mengatakan berapa lama pemeriksaan akan berlangsung.

Baca juga:

Puluhan Mati dalam Kondisi Mengenaskan di Douma

Korban Serangan Kimia di Douma Diduga Dikubur Diam-Diam

Perwakilan dari OPCW tiba di Suriah pada pekan kedua April. Tetapi mereka baru bisa mengunjungi Douma pada 21 April lalu.

Lamanya izin masuk ke Douma bagi tim OPCW menimbulkan pertanyaan terkait barang bukti serangan itu. Amerika Serikat dan Prancis menuduh Rusia memblokir akses ke Douma untuk menghilangkan bukti.

Pemerintah Suriah dan Moskow mengatakan dugaan serangan kimia, yang mendorong serangkaian serangan udara oleh sekutu Barat menyebabkan penundaan tersebut. Awalnya, tim OPCW yang dikerahkan ke Douma tidak dapat memasuki lokasi karena masalah keamanan.

Para pejabat Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB (UNDSS) harus menarik diri dari lokasi pertama karena dikhawatirkan menimbulkan resiko keamanan. Di lokasi kedua, tim disambut dengan tembakan senjata ringan, dan alat peledak diledakkan di dekatnya.

Kota Douma awalnya berada di bawah kontrol pemberontak. Kelompok oposisi menyerahkan kota itu setelah adanya kesepakatan dengan pemerintah. Ribuan orang - pemberontak dan warga sipil - pergi dengan bus ke Suriah utara. Mereka yakin tidak dapat berdamai dengan pemerintah setelah mengambil alih kota.

Perang Suriah telah berlangsung selama lebih dari tujuh tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement